Penulis adalah cita-cita yang ingin saya lakukan sampai menutup mata. Sebenarnya, mimpi ini bukan satu-satunya, terus menulis di tengah apa pun fase kehidupan yang dijalani hingga menjadi karya nyata, adalah harapan yang selalu diperjuangkan. Saya menyadari bahwa kemampuan saya dalam menulis masihlah perlu diasah, apalagi memasarkan karya kepada publik, tentu punya perjuangan yang lebih menantang. Berkali-kali, saya bertanya kepada diri, “layakkah saya menjadi seorang penulis yang karyanya dinantikan banyak orang?”. Syukurnya, di antara keraguan yang terus menghampiri, Allah selalu menghadirkan orang-orang yang suportif bersedia memberikan motivasi lebih agar saya memilih untuk terus melangkah.
Pada tahun 2020, di tengah ketegangan pandemi, akhirnya saya memilih untuk fokus menyelesaikan naskah buku kedua saya. Karya yang saya beri judul “Awal yang Baru”, sebuah buku yang ditulis untuk menemani perjalanan teman-teman yang sedang mempersiapkan pernikahan. Awal yang baru, ditulis berdasarkan pengalaman pribadi yang diperkaya dengan berbagai referensi, nasihat para guru serta teman yang telah melewati menjalani proses pernikahan. Harapannya agar orang lain yang sedang berada pada fase yang sama, bisa mendapatkan pembelajaran berharga dalam mempersiapkan pernikahan versi mereka sendiri.
Proyek menghadirkan buku Awal yang Baru, merupakan proyek yang benar-benar saya rancang sendiri, dimulai dari memilih temanya, menulis naskahnya, sampai menyelesaikannya. Buku kedua ini diterbitkan secara self-publishing, maka saya pula yang mencari bantuan dari para freelancer agar buku ini bisa sampai di tangan pembaca. Dimulai dari mencari editor, layouter, designer book cover, hingga percetakan. Tak hanya itu, proses marketingnya pun saya yang mengelolanya saat masa pre-order. Saya mengakui, memang saya tidak punya modal cukup bila harus menggaji orang lain di awal perjalanan, sehingga semuanya dikerjakan sendiri. Walaupun begitu, tiada rasa nelangsa bahkan saya sangat menikmati prosesnya, karena hal tersebut menjadi ajang untuk mendidik diri agar menjadi womenpreneur tangguh. Pada masa pre-order, saya mengalami beberapa kendala. Namun, kendala itu tidak membuat saya berhenti. Saya percaya bahwa janji saya terhadap pembaca adalah hal yang harus diprioritaskan. Tak masalah bila omzet berkurang.
Setelahnya, saya perlu membuat marketing plan lagi. Kala itu, saya mulai mengajak teman-teman lain, khususnya perempuan untuk menjadi reseller. Dengan strategi ini, penjualan makin meningkat dan saya juga mendapatkan kesempatan untuk berbagi cerita melalui kelas-kelas daring terkait dunia menulis dan kiat-kiat menjadi perempuan produktif. Dalam fase ini, saya bersyukur karena bisa memberikan manfaat yang lebih luas kepada para reseller yang bersedia bekerja sama. Meski secara materiel biasa saja, tetapi jalinan pertemanan yang terbentuk diantaranya jauh lebih berharga.
Kedepannya, saya berharap bisa mencetak ulang buku Awal yang Baru serta bisa menerbitkan karya baru yang bisa menjadi jawaban atas keresahan para pembaca. Kemudian, saya juga berusaha untuk memperbesar peluang pasar dengan cara menerbitkan buku-buku saya dalam bahasa Inggris nantinya, sehingga para pembaca bisa berdatangan dari berbagai negara. Selain itu, semoga saya bisa membentuk tim yang solid, serta memiliki ratusan reseller yang omzetnya bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Saya menyadari bahwa untuk menggapai impian itu, saya perlu mempuk diri dengan ilmu networking yang andal. Oleh karenanya, saya bergabung dengan program W20 #sispreneur untuk membangun tangga menggapainya. Membangun bisnis, menurut saya adalah tentang bagaimana kita bisa memberikan kebermanfaatan bagi sesama.