Aku Dea, seorang istri dan ibu rumah tangga dengan 2 putri (umur 8 dan 4 tahun). Aku adalah mantan karyawati salah satu perusahaan migas yang berkantor di Jakarta. Setelah 6 tahun berkarier (2010 - 2016) kemudian aku memutuskan untuk resign dan kembali ke tanah kelahiranku yaitu Magelang.
Perjalananku di dunia wirausaha dimulai dari awal tahun 2017, berawal dari membeli franchise suatu produk streetfood dengan harapan akan menjadi sarana belajar bagiku yang baru saja terjun di dunia wirausaha. Aku pun kemudian sering mengikuti event-event kuliner di sekitar Jogja & Magelang. Bersamaan dengan sering mengikuti event kuliner, aku pun mulai menjual aneka jajanan hasil olahanku dengan merk sendiri, saat itu aku menggunakan nama Beatum Kitchen. Seiring berjalannya waktu, usaha franchise ini hanya bertahan selama 2,5 tahun, kemudian sekitar pertengahan 2019 akhirnya aku putuskan untuk menutup usaha franchise ini dikarenakan sudah mulai sepi pembeli.
Di rumah aku sering membuat cemilan maupun makanan untuk anak-anak dan suamiku. Sekitar awal tahun 2019 aku mencoba membuat pai pisang, dengan bermodalkan resep dari youtube. Ternyata respon orang rumah sangat bagus, mereka menyukainya. Semenjak itu akhirnya aku mulai sering membuat pai pisang untuk cemilan di rumah, tentunya dengan penyempurnaan resep-resep yang sudah ada sebelumnya. Pai pisang yang aku buat menggunakan puff pastry sebagai kulit luarnya, hal ini berbeda dengan pai pada umumnya yang rata-rata menggunakan adonan hasil campuran antara tepung & margarin/mentega untuk kulit luarnya. Penggunaan puff pastry ini yang memberikan rasa berbeda dibandingkan pai pada umumnya.
Produk BanaPie
Suatu saat tiba-tiba muncul ide untuk memposting pai buatanku di story whatsapp, tanpa disangka ternyata ada yang berminat untuk membelinya dan di pertengahan 2019 itu lah aku memberanikan diri untuk mulai menjual pai pisangku dengan nama BanaPie, singkatan dari banana pie ( suamiku yang memberi nama ini ). Aku menjual BanaPie dengan sistem made by order, diawali dengan satu dua orang pembeli di orderan pertamaku kemudian alhamdulillah terus bertambah setiap harinya. BanaPie yang aku jual awalnya hanya terdiri dari satu varian saja dan sekarang sudah berkembang menjadi 9 varian rasa.
Produk dan Kemasan BanaPie
Tanpa disangka respon masyarakat di sekitar Magelang sangat bagus dengan hadirnya BanaPie, karena pada saat itu BanaPie merupakan hal yang baru di sini, jadi masih banyak orang yang penasaran. Bersamaan dengan mulai berkembangnya BanaPie, usaha suamiku malah mengalami penurunan ( suamiku mempunyai usaha di bidang advertising dan percetakan ). Kemudian sekitar akhir tahun 2019 suamiku akhirnya memutuskan untuk menyudahi usahanya dan fokus untuk ikut mengembangkan dan membesarkan BanaPie, dan sejak saat itu hingga sekarang BanaPie menjadi tonggak perekonomian di keluarga kami ?.
Awal tahun 2020 BanaPie mulai merapat ke Dinas Perindustrian & Perdagangan dan Koperasi Kota Magelang untuk menjadi UKM di bawah binaan mereka lalu mulai mengurus segala macam perijinan yang dibutuhkan. Alhamdulillah semenjak bergabung dengan dinas terkait, satu persatu kesempatan emas mulai muncul, dimulai dari diikutkan proses kurasi untuk display produk ukm di Gallery Yogyakarta International Airport ( dan alhamdulillah BanaPie sekarang menjadi salah satu ukm pengisi Gallery UKM Pasar Kotagede di Bandara YIA ), kemudian menjadi salah satu penerima dana hibah bagi wirausaha pemula dari Kementrian Koperasi dan UKM di tahun 2020 dan di awal 2021 alhamdulilah BanaPie mendapat fasilitasi pengurusan sertifikasi halal dari Dinas Koperasi & UKM Provinsi Jawa Tengah.
Presentasi di Pasar Kotagede bandara YIA (Yogyakarta International Airport)
Penjualan BanaPie tidak hanya melalui jalur offline saja, tetapi juga melalui online. Media online yang digunakan yaitu Instagram ( @beatum_kitchen.id ), Facebook ( Beatum – Mom’s Kitchen Diary ) dan juga melalui market place ( Blibli – UMKM BanaPie ). Saat ini tidak hanya pai pisang saja yang aku jual, ada aneka roll pastry dan long choco cheese banana, intinya masih sama yaitu menggunakan puff pastry sebagai kulit luarnya. Penambahan produk bertujuan agar konsumen tidak bosan dengan produk yang sudah ada sebelumnya dan agar mereka mempunyai banyak pilihan lainnya. Sampai saat ini pun aku masih terus berusaha agar bisa menghasilkan produk-produk lain, cita-citaku ingin menciptakan zero waste jadi tidak ada lagi sampah yang dihasilkan dari usahaku ini.
Produk diterima Konsumen (foto dari konsumen)
Penjualan BanaPie dan produk lainnya saat ini bisa mencapai 200 – 300 box/bulannya, terkadang bisa lebih terutama ketika momen lebaran. Produksi BanaPie masih menggunakan alat-alat semi manual, jadi kapasitas produksi tiap bulannya pun masih terbatas.
Tujuanku mengikuti Kompetisi #ModalPintar 2022 dan #BeraniNaikKelas dari Sisternet ini yaitu aku ingin sekali mengembangkan dan membesarkan usahaku ini. Salah satunya yaitu ingin membuka offline store. Untuk membuka offline store tentunya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena pastinya dibutuhkan alat produksi dengan kapasitas yang lebih besar. Oven deck dan dough sheeter adalah wishlistku untuk terwujudnya offline store yang aku inginkan. Selain itu tujuan lain mengikuti kompetisi ini yaitu aku ingin menambah ilmu bagaimana strategi branding dan marketing yang tepat agar produkku bisa diterima dan dikenal oleh masyarakat lebih luas lagi.
Aku ingin dengan berkembangnya usahaku ini, nantinya juga bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitarku salah satunya yaitu bisa memperkerjakan orang-orang yang membutuhkan penghasilan bagi keluarga mereka. Tidak menutup kemungkinan produk banapie ini ke depanya bisa menjadi alternatif oleh oleh kuliner yang bisa di banggakan dari daerahku yaitu kota magelang, semoga kedepanya bisa terwujud dengan kerja keras dan penyajian produk banapie dengan kualitas yang terjaga.
Oh.. iya sist.. ada banyak cerita mengenai pisang,... dimana aku selalu mendapatkan pisang yang bagus dari pedagang pasar, pisang yang selalu aku cari adalah pisang Raja Temen, dan aku bertemu dengan ibu penjual pisang di pasar yang sampai sekarang menjadi langgananku. Ibu penjual pisang itu namanya ibu Sri panggilanya, usianya sudah lumayan sepuh, namun yang selalu membuat aku rindu adalah senyum lebarnya ketika melihat aku dari kejauhan..seolah beliau bahagia emelihatku seperti melihat seorang anak yang berkunjung ke ibunya. Aku selalu belanja pisang ketempat bu Sri, disamping harganya yang murah kualitasnya bagus, aku belanja pisang pun tidak begitu banyak, sesuai kebutuhan pesanan saja, namun beliau selalu memberikan harga yang murah dan selalu meberikan bonus pisang..dan beliau selalu ber pesan "ini untuk putrinya yaa". Tidak hanya bu Sri yang selalu aku rindukan, ibu pedagang sayur sebelah ibu sri pun selalu tersenyum lebar ketika melihatku datang. Itulah kebahagiaanku karena pisang, bertemu dengan orang orang baik, tulus, dan pekerja keras meskipun diusia yang sudah sepuh, selalu menjadikan aku kembali menjadi manusia yang kecil diantara mereka. semoga kesehatan selalu di limpahkan kepada beliau beliau ibu ibu pedagang pasar.
Itulah harapanku dan ceritaku tentang pisang. semoga dengan program sisternet ini menjadikan usahaku Bana Pie ini menjadi semakin maju, trimakasih kepada sisternet dengan program #modalpintar yang telah memberikan kesempatan kepadaku untuk #beraninaikkelas. Semoga Allah mewujudkan apa yang menjadi pintaku melalui Sisternet...aamiin