Hai sister,
Perkenalkan saya Fitri Wulandari. Ibu dari banyak anak yang tengah menanti kelahiran anak ke 9.
Produksi dan marketing adalah satu kesatuan yang membuat mataku berbinar.
Sejak kecil, ibu sering mengajakku beraktifitas di dapur. Di usia 4 tahun aku punya pisau roti dan talenan pribadi namun tidak tajam. Memotong apapun menjadi hobi ku.
Ketika remaja, aku diberi tugas berjualan bakso di kedai depan masjid samping rumah. Bahagia ketika mendapatkan jatah bakso dan upah dari hasil berjualan.
Ketika sudah menikah aku tak mau tinggal diam. Selalu mencari peluang usaha. Mulai berjualan baju, jilbab jahitan sendiri, kerupuk, juga ayam potong.
Ketika aku hamil anak ketiga, mencicipi singkong keju empuk dan gurih. Penasaran, aku pun mencoba. Tak mudah eksperimen saat itu, karena susahnya mengakses internet. Akhirnya di eksperimen ke 40 akupun berhasil.
Saat usia kandungan menginjak 7 bulan. Aku mulai berjualan gorengan. Dengan modal nekat kulakukan. Belanja ke pasar diantar suami, produksi, berjualan awalnya seorang diri. Karena suami menjaga dua balita. Tak jarang aku membawa serta tugas sekolah mereka ke warungku. Cipratan minyak seringkali menempel di LKS mereka.
Aku menjalani dengan bahagia karena sesuai passionku. Meskipun lelah aku merasa ringan. Hingga suatu ketika aku hamil dan melahirkan anak ke 6. Rumah yang kami tempati laku terjual dan kami harus pindah. Otomatis jauh dari tempat jualan kami, aku kerepotan. Jika harus membawa bayi dan pasti 5 kakaknya akan sering menyusul ke warung.
Setelah bermusyawarah kami memutuskan merintis usaha dari rumah. Tepat 3 hari setelah aku melahirkan, produksi dari rumah mulai lagi. Kami menawarkan kepada agen frozen food di kota Malang. Aku memilih bahan baku umbi-umbian sebagai olahan frozen food. Ada singkong keju, gethuk crispy, jemblem coklat, stik ubi, kroket kentang, dll.
Alhamdulillah, permintaan terus meningkat. Kerjasama dengan petani setempat semakin erat. Sebelumnya mencari bahan baku sangat repot. Usaha keluarga ini menjadi penopang kehidupan kami. Termasuk para tetangga yang menjadi kurir dan karyawan lepas.
Tugas petani mencabut singkong, istri dan para tetangga mengupas, mencuci, dan memotong. Anak petani mengantar singkong kerumah. Aku produksi lebih cepat dirumah. Suami dan anak-anak membantu packing. Yang balita menempel stiker, dan membantu hal yang dia mampu, saling bekerjasama.
Aku juga memanfaatkan aplikasi online. Ketika ada pesanan datang si kakak menerima pesanan, adik menyiapkan menu, ada yang menyetorkan no pin, dan nota, mengantar ke driver. Mereka saling kerjasama. Anak banyak meringankan pekerjaanku.
Suka duka berbisnis frozen food homemade dari rumah:
Bahan baku super yang langka, menjadi tantangan bagi kami. Pengetahuan tentang digital marketing yang belum banyak kami pelajari. Kemampuan produksi yang tidak sebanding dengan penjualan. Butuh kerjasama tim dalam marketing.
Estimasi kebutuhan untuk meningkatkan bisnis frozen food homemade di Omah singkong:
Mesin vacum : 10.000.000
Lay out ruangan untuk perizinan MD : 9.000.000
Laptop : 6.000.000
Peralatan dan kompor untuk produksi : 3.000.000
Meja stainless untuk packing : 3.000.000
Rak untuk penyimpanan snack dan bahan kering : 3.000.000
Total : 34.000.000
Demikian artikel dari kami. Besar harapan kami untuk bisa semakin maju dan berkembang. Serta layak mendapat modal usaha dari #sisternet. Karena tujuan usaha kami jelas, memberdayakan petani, ibu-ibu, dan tetangga sekitar, serta keluarga kami.
Dan bagi para ibu-ibu yang membersamai anak-anak dan mau bisnis dari rumah jangan putus asa. Karena menjemput rezeki, mendidik anak, dan aktualisasi diri adalah satu kesatuan yang tidak bisa dikorbankan. Karena menikah bukanlah pengorbanan. Kembangkan passion dan nikmati prosesnya. Suatu saat pasti akan menemukan nikmatnya bisnis.