"Tugas untuk kalian yaitu membuat proposal bisnis, menjual produk dan melaporkan hasil penjualan, silhakan kembangkan ide kreatif bisnis kalian!" Kata Bu Rini, dosen mata kuliah Masyarakat Wirausaha.
Masih melekat dalam fikiranku, bisnis yang bermula dari tugas kuliah, kini menjadi salah satu pilihan takdirku.
Hai Sisters. Namaku Mila Nabila Zahara, bisa dipanggil Mila. Saat itu aku adalah mahasiswa semester 6 di Universitas Pendidikan Indonesia. Aku tak pernah menyangka, bahwa tugas wirausaha dari Bu Rini, kini membawa berkah untukku, keluargaku serta lingkungan sekitarku.
2017 silam, semenjak Bu Rini menugaskanku untuk membut ide bisnis, aku bertekad untuk lebih dari sekedar tugas, tapi memanfaatkan peluang untuk berbisnis yang lebih serius.
Sebagai seorang mahasiswi, aku sering melihat rekan-rekanku memiliki kecenderungan untuk berganti pakaian, tapi terkdendala biaya karena banyak pakaian modis yang harganya cenderung mahal. Maka dari itu ia melihat peluang untuk menciptakan bisnis fashion dengan harga yang murah.
Dimulai dari jualan kerudung, outerwear, gamis dan atribut pakain perempuan muslim lainya.
Bisnisku saat itu ku beri nama Acuk Hawwa.
Acuk berasal dari bahasa Sunda yaitu pakaian. Besar harapanku, pakaian bisa menjadi lambang identitas sosial kaum hawa sebagai pemakainya.
Produkku di desain sendiri lalu dijahit oleh ibu-ibu penjahit disekitar rumahku, aku senang sekali bisa kerjasama dengan mereka, karena tidak hanya aku yang mendapatkan keuntungan, tapi berbagi rezeki dengan orang sekitarku.
Saat itu, industri fashion dinstagram sedang ramai-ramainy, akupun gak mau ketinggalan, dibantu rekan-rekanku untuk foto produk meski hanya bermodalkan hp, ku jual produk ku di instagram @acuk.hawwa, Alhamdulillah penjualan laris tembus 100++ potong pakaian, bahkan banyak yang order untuk seragam.
Lika-liku berbisnis tentunya tidak selamanya mulus,di tahun ke dua, aku pernah hampir tidak akan melanjutkan bisnisku karena berbenturan dengan kesibukanku sebagai seorang guru dan mahasiswa pascasarjana.
Tapi, semenjak bertemu dengan suamiku, yang juga seorang entrepeneur, beliau memberi banyak sekali masukan bahwa Acuk Hawwa ini bisa bertahan, bahkan bisa bersaing. "Kalau guru kaya karena jualan itu gak banyak loh! Kamu bisa jadi salah satunya!". Aku seperti di Recharge saat itu, dengan dukungan penuh dari suami.
Sekarang, di tahun ke 5, sejak aku memulai bisnis dibidang fashion muslimah, aku sudah menjual ratusan kerudung dan outerwear. Secara offline aku pasarkan ke pondok pesantren, karena aku mengajar disana, kutanamkan jiwa wirausaha pada santriwati, dari bagi hasil penjualan, mereka bisa punya uang saku sendiri. Akupun tetap berkualan via whatsapp dan instagram @acuk.hawwa,tak lupa juga psa marketplace seperti shoope.
H
Konsep bisnisku saat ini berkembang lebih baik, kami memiliki ciri khas pada design yang unik serta memilki nilai edukatif dan bermisi dakwah secara visual. Produk Acuk Hawwa didesign sedemikian rupa sehingga memiliki diferensiasi yang kuat dari brand lain.
Acuk Hawwa hadir menginspirasi kaum hawa untuk menebar manfaat dari apa yang ia kenakan, sehingga menjadi brand yang selalu melahirkan produk edukatif untuk muslimah. Selaras dengan tagline Acuk Hawwa yaitu Syar’i, Stylish and Educated.
Kerudung yang aku jual ku beri nama produk istri-istri Nabi, tujuanya, supaya mengingatkan pemakainy untuk meneladani kemuliaan para istri nabi. Selain kerudung, aku berupaya membuat variasi lainny seperti outwear dan sajadah travel.
Outerwear |
Filosofi outerwear “SITI HAJAR” mengingatkan akan peristiwa ditinggalnya Siti Hajar dan Ismail di padang pasir.Produk tersebut dibuat bertujuan agar meneladani kesabaran Siti Hajar.
|
|
Produk outerwear dengan Ilustrasi Masjid Hagia Shopia, Turki sebagai respon dari fenomena up to date yang sedang terjadi di masyarakat, yaitu kembalinya bangunan ikonik tersebut menjadi masjid.
|
|
Sajadah Travel Masjid Baiturrahman Aceh sebagai edukasi Masjid bersejarah di Indonesia |
Aku ingin bisnisku ini selalu bernilai dakwah dan bermanfaat untuk orang sekitar.
Dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Acuk Hawwa mencoba kontribusi melalui program:
1. Membuka lapangan perkerjaan untuk perempuan yang terkena PHK/ ditinggal suami (cerai atau meninggal)
Gerakan sosial from Hawwa to Hawwa yaitu membagikan kerudung kepada masyarakat yang kurang mampu
2. Mengelola limbah melalui upaya daur ulang sisa potongan kain, dapat digunakan sebagai aksesoris hijab/ masker
3. Packaging reusable
4. Berekal riset problem, market dan material yang dibutuhkan, kami mengeluarkan alas ibadah yang solutif yang dibutuhkan ditengah pandemi Covid-19.
Perjuanganku untuk bertahan ditengah derasnya pesaing masuk ini gak main-main. Supaya bisnisku tetap berjalan dan berkembang, aku terus cari ilmu, ikut komunitas, browsing di internet, tentunya, sedugang ilmu bisnis di era digital ini sangat memudahkanku untuk leveling up bisnisku dan ilmu untuk diriku sendiri.
Akupun share ilmu ke penjahit gimana caranya cari pola dan model hijab terkini diinternet supaya kita bisa terus mengikutin tren muslimah yang sedang berkembang.
Tujuanku ikut #Sisterpreneur dari Sisternet ini adalah, aku ingin sekali usahaku ini bertahan dan berkembang melesat. Aku ingin sekali punya membuka offline store dan gudang jahit. Aku ingin sekali merekrut banyak penjahit supaya bisa memeberdayakan perempuan disekitarku.
Selain itu, aku ingin leveling up bisnis dengan belajar bagaimana membuat konten di tiktok, reels instagram supaya brand Acuk Hawwa #JadiLebihBaik dan #BeraniNaikKelas.
Sesuai dengan namanya,aku berharap banyak Acuk Hawwa bisa mejadi kekuatan besar untuk kaum hawa agar pakaian bisa jadi identotasnya menjadi manusia yang puny prinsip dan mandiri, aku yakin, perempuan pasti bisa!