Hallo aku Ismi, seorang ibu rumah tangga dari Semarang yang suka membuat roti dan mengotak atik resep olahan produk inovatif. Aku memulai usaha membuat roti dati 10 tahun yang lalu, dari dapur rumah tangga, yang dilatarbelakangi oleh hobi membuat kudapan dari kecil. Seperti kebanyakan pemula, aku membuat aneka roti manis seperti roti pisang, donat dan pizza. Waktu itu aku masih bekerja di salah satu dealer sepeda motor di Semarang.
Untuk memulai usaha ini aku meminjam uang di bank sebesar Rp. 30.000.000, untuk membeli alat produksi, stock bahan dan kemasan serta modal berputar. Karena aku masih bekerja, aku merekrut 3 orang karyawan warga sekitar, 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki untuk memproduksi rotiku.
Setahun berikutnya aku resign, karena usaha hanya stag tidak ada perkembangan. Aku mulai focus agar usaha ini bisa bermanfaat bagi orang lain. Tahun 2015 saat omset mulai meningkat, aku mencoba menawarkan ke ritel modern sekitar Semarang. Semuanya menolak dengab alasan rotiku tidak ada oembeda dengab roti lainnya. Hal inilah yang menjadi titik balikku untuk mulai berpikir inovasi dan mencari Value pembeda. Bekerja sama dengan UKM kota Semarang, aku mulai menproduksi Roti dari BEKATUL.
BEKATUL sendiri adalah kulit ari beras bagian dalam yang selama ini hanya dianggap sebagai limbah, pakan ternak. Padahal bekatul adalah serbuk halus yang dihasilkan saat proses pembersihan padi, kaya serat, vitamin, mineral dan anti oksidan. Aku mengolahnya menjadi aneka roti tanpa gula pasir, tanpa margarine
Roti bekatul berkembang menjadi bagelen bekatul yang segmennya adalah laki-laki, perempuan usia 35-50 tahun, tinggal dikota besar Indonesia, peduli sehat dan menjaga kesehatan. Karena cocok dikonsumsi sebagai cemilan penderita diabetes dan kolesterol tinggi. Channel distribusi secara offline konsinyasi di ritel modern, pusat oleh-oleh dan outlet kami di Jl Fatmawati Pedurungan. Secara online kami ada di markrtplace, ig dan Wa bisnis.
Pandemi 2020 kemarin saat penjualan roti terigu kami turun hingga 50% penjualan roti bekatul naik 40%, hal.ini membuat kami bisa tetap bertahan hingga sekarabg, tanpa merumahkan karyawan. Karena masyarakat membutuhkan cemilan yang bisa meningkatkan imunitas mereka. Sebelum pandemi kami sudah mengirim bagelen bekatul ini hingga ke Austrakua, Yordania dan Belgia.
Kapasitas produksi kami sudah mumpuni, alat juga sudah komplit, pasar masih belum banyak tergarap maksimal karena keterbatasan modal untuk konsinyasi ke pasar modern.
Mengapa kami menargetkan pasar modern? Karena produk ini lebih cocok dijual ke Modern trade. Segmen menengah atas.
Jika aku mendapatjan hadiah dari #Sispreneur ini aku akan menggunakan untuk perluasan pasar bagelwn bekatul, menambah toko modern yang ikut memasarkan produk kami, bikin website agar semakin mudah orang mencari informasi tentang produk kami. promosi di media sosial agar brand image terjaga.
Aku yakin produk ini menjanjikan, karena bahan bakunya adalah bahan baku lokal yang selalu ada selama masyarakat Indonesia memanam padi, dan tidak tergantung import bahan baku. Saat margarine, terigu, minyak harga melambung, bekatul tetap anteng harganya.