Karena hidup penuh kejutan, dan kita butuh lebih dari sekadar harapan.
Hai Sisters! Banyak perempuan tahu bahwa dana darurat itu penting, tapi tidak semua menjadikannya prioritas. Sering kali kita terjebak pada pola: "nanti kalau ada sisa gaji, baru ditabung," atau "aku belum bisa mulai, soalnya masih banyak kebutuhan harian."
Padahal, justru karena hidup tidak bisa ditebak — mulai dari sakit mendadak, kehilangan pekerjaan, sampai tagihan tak terduga — dana darurat harus jadi pondasi keuangan yang utama, bukan pelengkap kalau sempat.
Kalau kamu selama ini hanya menjadikan dana darurat sebagai wacana, artikel ini bisa jadi langkah pertamamu untuk mengubahnya jadi tindakan nyata.
Dana darurat adalah uang yang disimpan secara khusus untuk menghadapi kondisi tak terduga. Bukan untuk belanja, bukan untuk liburan, apalagi untuk "self reward."
Dana ini tidak digunakan kecuali benar-benar darurat, misalnya:
Ini panduan kasar yang bisa kamu sesuaikan:
Tapi jangan langsung stres. Yang penting adalah MULAI. Bahkan Rp100.000 pertama itu sudah langkah besar.
Gunakan rekening berbeda dari rekening belanja. Bisa pakai e-wallet atau bank tanpa kartu debit agar tidak tergoda.
Begitu terima gaji, langsung sisihkan 5–10% untuk dana darurat sebelum digunakan untuk hal lain.
Dapat fee freelance, cashback, atau THR? Sisihkan sebagian untuk dana darurat.
Contoh: “Aku mau kumpulin Rp6 juta dalam 6 bulan.”
Artinya: kamu butuh komitmen Rp1 juta/bulan. Bikin targetmu terasa masuk akal.
Jangan salah kaprah. Dana darurat bukan:
Perempuan cerdas bukan yang tidak pernah menghadapi krisis, tapi yang siap saat krisis datang.
Dana darurat bukan soal jumlahnya, tapi soal kebiasaan membangunnya.
Dan nggak ada kata terlalu dini atau terlalu kecil untuk mulai.
Mulailah dari sekarang, dan kamu akan berterima kasih pada dirimu sendiri di masa depan. Semangat ya, Sisters!