Tiga tahun yang lalu saya menjalankan usaha warung kopi, karena sepi pengunjung disebabkan krisis ekonomi dan wabah kovid-19 di karenakan penghasilan utama suami tergantung di warung jadi keadaan ini sangat terasa untuk kami, tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, buat jajan anak saja susah. Saya dan suami mulai berpikir usaha apa yang ramai peminatnya dan kebutuhan sehari-hari. Sontak ketika saya sedang memasak berpikir tentang bumbu masak, karena bumbu merupakan kebutuhan sehari-hari dan tiap hari di gunakan untuk memasak,tanpa mengulur waktu saya langsung berdiskusi dengan suami dan suami juga setuju dengan ide saya. Mulanya saya hanya membeli bumbu siap giling kiloan. Pertama mulai dari lima kiloan sampai sepuluh kiloan saja dan memaketkan sendri dengan kemasan yang masih sangat sederhana dengan lebel seadanya hanya kertas kopian saja sebagai produk rumahan, berjualan di rumah dan menitipkan di warung- warung terdekat. Produk bumbu saya mulai terjual dan setelah itu saya mulai membeli bahan baku sendri seperti cabai, ketumbar, kunyit dan lain-lain. Bahka mengupah tetangga sekitar rumah untuk mengiris kunyit dan menjemur sampai kering. Karena saya belum ada mesin penggiling sendiri saya bawa ketempat orang yang punya mesin penggiling dengan membayar upah perkilonya. Hal utama adalah kualitas bahan baku itu sangat lah penting.
Daya beli konsumen sudah mulai berjalan lancar di sekitaran, wlaupun di luar produk saya belum begitu di kenal. Daya saing jga sangat mempengaruhi dari segi kemasan yang masih sangat sederhana di bandingkan dengan produk lain yang kemasannya jauh lebih bagus dan mewah. Tetapi saya juga sudah mengurus surat izin usaha untuk kenyamanan pemasaran walau masih ok industri rumahan. Dan kemudian produk bumbu masak saya juga sudah masuk pasaran, pemesanan online, pesanan rekan-rekan kerja saya dan mulai ada permintaan di supermarket terdekat milik teman suami saya, karena mereka melihat endos suami di facebook suami. Dan di produk bumbu masak saya tetap mempertahankan kualitan bumbu murni tanpa campuran dan bahan pengawet serta tahan lama. Supaya awet dan tahan lama bahan bakunya harus di cuci bersih dan di jemur kering,pastikan kadar airnya kering merata setelah itu baru bisa di lanjutkan ketahap proses penggilingan dan pemaketan. Dalam hal pemaketan saya sudah mulai memperkerjakan katiawan dua sampai tiga orang dan pastknya tetap dalam pengawasan saya sendri. Baik dalam hal penimbangan, pemakaian lebel dan pengepresan serta pemaketan produk. Dan pastinya kebersihan tetap di utamakan.
Saya mengikuti W20 Sispreneur ini dengan harapan semoga menjadi awal baru untuk usaha saya. Bisa belajar tentang tata cara pemasaran dan saya juga masih sangat keterbatasan modal usaha untuk mengembangkan usaha saya, dan jika saya memenangkan competisi ini hadiahnya akan saya gunakan untuk membeli mesin penggiling, oven pengering bahan baku bumbu, membangun khusus tempat usaha, karena sekarang masih di rumah. Untuk kedepannya saya berharap produk bumbu masak saya bisa dipasarkan keluar kota, meskipun sekarang sudah mulai masuk pasaran di daerah sekitar dan tekat besar saya bisa di ekspor ke luar negeri. Dan bisa menyediakan bumbu masak racikan siap saji dengan inovasi baru. Dan yang terpenting bumbu masak yang khas daerah Aceh. Dan cita- cita kami kedepan akan berusaha bekerjasama dengan petani untuk mendapatkan bahan baku yang bermutu. Dan saya juga yakin usaha ini akan maju kedepannya karena selain di minati dan juga kebutuhan yang tidak bisa di gantikan. Insyaallah jika ada kemauan pasti ada jalan.