Hai #Sisprenur, perkenalkan saya Hanna. Perantau kota metropolitan yang terjebak dikampung halaman sendiri saat detik awal pandemi ini dimulai di Indonesia. Tadinya kami mau membagikan kebahagiaan kelahiran anak kami yang kedua, namun nyatanya kami malah terjebak dengan situasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, anak sakit 10 hari di NICU, pekerjaan suami di bidang Travel Umroh menjadi yang pertama terkena dampaknya stuck tidak bisa berjalan, hingga kami terkepung tak bisa ke Jakarta karena situasi saat itu lockdown ketat. Akhirnya kami memutuskan memindahkan seluruh barang dan aktivitas kami ke Sukabumi.
Juni 2020, kami membuat langkah baru untuk mengatasi segala kegelisahan kami disini, aku dan suami merintis usaha yang kami namai Hubby.
Bisnis bubur bayi sehat pertama di Sukabumi. Kami membuka bisnis ini karena melihat peluang bisnis ini belum ada yang menggarap dikota kecil ini. Dan ingin memberikan kemudahan dalam situasi pandemi yang segala kebutuhan berubah haluan menjadi serba online dan praktis. Namun, membangun bisnis memang tidak semudah itu. Kami menemukan tantangan yang luar biasa, berhadapan dengan kondisi dimana kultur orang membutuhkan makanan tidak seperti di ibu kota yang ingin simpel, cepat dan praktis. Perlu edukasi mendalam kepada target pelanggan tentang produk kami. Karena yang praktis bagi penyediaan makan MPASI disini masih menjadi hal baru. Perumahan sekitar kami jajal satu-satu untuk mengenalkan produk bubur bayi ini. Akun media sosial Instagram kami rintis dan rawat juga dengan baik, tapi takdir kami saat Instagram nya sedang ramai, akun kami kena hack! Tak berhenti sampai disitu, kami mencoba menjajal bisnis ke layanan Gofood, terkena tipu jutaan terkeruk disitu. Situasi yang membingungkan bagi kami untuk mencoba mengepakkan sayap bisnis kami.
Akhirnya sekitar 6 bulan bisnis kami berjalan, produk kami mulai dikenal masyarakat, menjadi pionir bubur bayi pertama di Sukabumi. Mencoba membuka cabang agar mudah dijangkau oleh pelanggan dibeberapa wilayah di kota Sukabumi. Tapi tenyata membuka cabangpun tidak menjadikan jaminan untuk membuka peluang omset kami naik. Ketahanan cabang kami belum kuat dalam berbagai situasi.
Dengan tantangan yang kami hadapi, karena produk kami home made ternyata memiliki keunikan sendiri secara variasi menu utama dan camilannya. Mungkin bisnis kamipun menjadi inspirasi bagi pelaku UKM dikota ini memunculkan bisnis yang serupa. Dan kami bisa membuka lahan pekerjaan bagi para pegawai kami. Ternyata walaupun target kami ini adalah para bayi yang memulai MPASI, juga diminati oleh para orangtua yang sedang sakit/ anak yang sedang susah makan untuk meningkatkan gairah makannya kembali dengan keunikan variasi menu kami.
Dalam perjalanan bisnis, kami memiliki cita-cita, ingin membuat restoran khusus bayi. Setelah kami mencoba research, kiranya belum ada restoran khusus bayi di Indonesia. Maka ini bisa menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan kedepannya. Bukan hanya sebagian trend nantinya, tapi sebagai kebutuhan juga bagi orangtua yang memiliki bayi sedang menjalankan fase MPASI ini.
Aku berharap dengan mengikuti Program Inkubasi Bisnis W20 ini, bisa mewujudkan cita-cita ini. Merealisasikan restoran bayi pertama di Indonesia. Diawal merintis bisa jadi angka 1M dibutuhkan untuk membangun restoran bayi ini untuk membuat grandesign restoran bayi, merancang restoran dan menunya hingga marketing kit nya. Mudah-mudahan program W20 bisa menjadi support utamaku dalam mewujudkan mimpiku.