Bagi saya yang selama bertahun-tahun bekerja di kantor, sungguh tidak terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan berbisnis kuliner dari rumah. Masak-memasak memang hal yang saya sukai, tetapi hanya saya anggap sebatas hobi.
Namun demikian, saat negara api menyerang, saya harus menghadapi kenyataan pahit. Gelombang pandemi ternyata berjalan panjang dan menyapu bersih seluruh pekerjaan yang menjadi gantungan hidup kami. Setelah saya mengalami pemutusan hubungan kerja, suami meyusul dengan diputusnya kontrak kerja yang sedang berjalan. Praktis, kami tidak memiliki penghasilan sama sekali.
Dalam keadaan serba bingung karena tidak berpenghasilan, saya mencoba memposting kue kering yang saya buat di Facebook. Saat itu memang pas bertepatan dengan momen Idulfitri. Alhamdulillah, ada beberapa teman yang berminat membeli kue kering. Saya segera menyiapkan packaging dan nama. Saya memilih nama Sonya. Selain mudah diingat, Sonya merupakan gabungan dari nama sang buah hati.
Respon positif dari teman-teman dekat yang membeli kue kering ini membuat saya berpikir untuk meneruskan iseng-iseng ini menjadi mata pencaharian. Sebenarnya, saya masih ragu, tetapi suami terus mendukung saya. Jangan ditanya bagaimana rasanya menawarkan hasil masakan saya ke teman-teman saya. Berbagai pikiran berkecamuk di hati saya: bagaimana jika teman-teman tidak menyukainya? Bagaimana kalau sudah terlalu banyak produk yang sama beredar di pasaran? Bagaimana kalau.... Banyak sekali pertanyaan dan keraguan menggelayut di pikiran saya.
Belum lagi rasa canggung dan takut saat menawarkan barang jualan saya. Terganggukah teman-teman dengan WA yang saya kirimkan? Bukan apa-apa, situasi pandemi yang tidak kunjung usai membuat banyak orang banting setir menjadi pengusaha rumahan. Saya bukanlah satu-satunya yang menawarkan barang dagangan. Bisa jadi teman-teman sudah sering ditawari berbagai produk. Saya khawatir bahwa mereka akan terganggu dengan adanya tawaran untuk membeli produk saya.
Ternyata, kekhawatiran saya tidak beralasan. Alhamdulillah, teman-teman menerima dengan tangan terbuka dan bahkan mulai memesan ulang. Hal ini membuat saya semakin percaya diri untuk melanjutkan jalan saya berwirausaha. Bahkan, di beberapa lingkaran pertemanan, saya sudah mulai dikenal sebagai bakul pempek dan ayam taliwang, yang merupakan produk yang saya jual.
Saya pun mencoba menambah jenis masakan. Saat itu, yang menjadi pilihan saya adalah dimsum. Dimsum memang menjamur di luaran. Harganya pun sangat kompetitif. Karena itu, saya memilih untuk membuat dimsum dengan rasa yang lebih premium. Saya berkali-kali mencoba mengolah dimsum dengan menggunakan berbagai resep dan modifikasi hingga akhirnya menemukan formulasi rasa yang sesuai. Setelah itu, saya berikan sampel kepada beberapa langganan setia saya dan menunggu feedback dari mereka. Alhamdulillah, respon yang saya dapatkan sangat positif, dan hingga sekarang dimsum menjadi menu andalan Sonya.
Saya pun kemudian bergabung menjadi saudagar Kipma Jakarta yang merupakan wadah bagi para anggota Ibu Profesional untuk berwirausaha. Bahkan, cerita tentang Sonya pernah diangkat di salah satu episode iPedia.
Saat ini, varian yang ditawarkan Sonya pun semakin bertambah, termasuk katering harian. Perlahan namun pasti, usaha saya ini membuahkan hasil. Satu hal yang menjadi pedoman saya, usaha yang saya lakukan ini harus menjadi saluran berkah. Karena itu, setiap hasil penjualan Sonya disisihkan untuk berbagi pada sesama. Harapan saya, berkah dan ridho Allah Swt. tercurah bagi semuanya. Tidak hanya saya sebagai #sispreneur, tetapi juga bagi pembeli, serta semua pihak yang terlibat.