Perempuan identik dengan belanja, Kamu setuju?. Kalau saya sih ga ya, perempuan dan laki-laki bisa saja sama-sama menyukai belanja. Namun, ternyata berdasarkan Riset yang dilakukan oleh Kredivo dan Katadata Insight Center menunjukkan bahwa transaksi di e-commerce lebih banyak dilakukan oleh perempuan dibandingkan pria. Tetapi dari nilai rata-rata transaksi, pria di e-commerce lebih besar dibandingkan perempuan. "Pria belanjanya jarang tapi besar transaksinya, sedangkan perempuan sering tapi kecil-kecil nilai transaksinya".
Saya Elva, saya member Ibu Profesional. Saya sangat menginginkan perempuan mampu berkarya dan belanja dengan sadar. Saat ini saya dan beberapa teman sedang menjalankan gamifikasi perkuliahan di kelas Bunda Produktif, Institut Ibu Profesional. Kami adalah tim formulanya. Salah satu materi perkuliahan yang Kami dapatkan adalah tentang bagaimana menjadi produktif. Produktivitas seorang member Ibu Profesional dilihat dari karya yang dihasilkannya. Kami bisa berkarya baik menghasilkan produk atau jasa yang mendatangkan profit atau pun kebermanfaatan lainnya.
Selain belajar, saya dan beberapa orang berperan melayani teman-teman yang juga mengikuti kelas yang sama. Jumlah kami 954 orang, tentu jumlah yang besar ya. Produktivitas yang kami hasilkan beraneka ragam. Karya yang beraneka ragam ini membawa tantangan tersendiri, antara lain bagaimana memasarkannya?. Jika semua memproduksi dan bertindak sebagai produsen, siapa yang akan berperan sebagai konsumen?, apakah memungkinkan membuat sebuah pasar yang akan mempertemukan produsen dan konsumen?, kami juga memikirkan bagaimana melibatkan para mahasiswa perkuliahan menjadi distributor, reseller atau bahkan mengambil peran lain yang mirip dengan apa yang terjadi di pusat perdagangan sebenarnya. Domisili kami yang berasal dari berbagai Regional di Indeonsaia bahkan ada juga member yang merupakan diaspora yang tinggal di luar negeri menjadikan tantangan yang kami hadapi semakin menarik, kebayang ya, bagaimana melakukan transaksi jual beli seperti ini. Kesempatan ini kami sambut dengan membuat sebuah plaza virtual yang bernama Hexamarket.
Hexamarket adalah sebuah plaza virtual di kota yang kami sebut Hexagon City, yang di dalamnya tidak hanya menjual produk atau jasa, namun juga pemberdayaan UMKM milik Institut Ibu Profesional. Awalnya kami memasarkan produk dan jasa di fbg Hexamarket, kami berlatih membuat produk atau jasa, bagaimana mengemasnya dan memasarkannya.
Sebagai plaza virtual, kami belajar dari marketplace yang sudah ada, sederhana sekali pilihan yang kami buat, kami membuat sistem kerja yang mirip di marketplace di fbg kami. Tentu saja banyak sekali keterbatasan menggunakan sarana gratisan yang kami miliki, namun kami serius mengelolanya. Selain menggunakan media fb, kami juga menggunakan media berupa Instagram cityhexagon untuk menginformasikan apa yang kami lakukan.
Selain memasarkan produk dan jasa yang kami hasilkan, di dalam Hexamarket kami berupaya untuk saling berbagi proses menghasilkan karya, berbagi bagaimana caranya meningkatkan pengetahuan financial terhadap produk dan jasa yang kami hasilkan. Awalnya sebagian dari kami bingung dengan istilah financial yang digunakan. Ada yang belum pernah menghitung biaya produksi saat menghasilkan produk, bingung menetapkan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan, bahkan baru tahu bagaimana menetapkan keuntungan, apalagi membuat laporan keuangan sederhana bagi usaha yang sedang dirintis. Kami mengadakan berbagai event pemasaran, dari Harbolnas, Big Sale ataupun Hexagon City Fair. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk melatih kami berdagang.
Disinilah kami memerlukan kolaborasi, plaza virtual yang kami gagas tidak hanya berperan untuk memasarkan namun juga untuk berbagi tips dan trik berdagang, berbagi pengetahuan bagaimana membuat laporan keuangan, packaging.
Setelah berjalan satu tahun, tantangan yang kami rasakan adalah bagaimana caranya kami melangkah memasuki pasar sebenarnya. Apalagi anggota kami bertambah 155 orang. Kami sangat menginginkan Hexamarket sebagai plaza virtual ini, bisa kami gunakan untuk memasarkan produk dan jasa bukan saja kepada member Ibu Profesional namun juga kepada masyarakat. Kami berupaya dengan membuat plaza virtual yang lebih gampang diakses dan menarik bagi konsumen, kami mencoba memasarkan karya kami melalui https://hexamarket.ngorder.id/ Biaya yang kami keluarkan untuk membeli aplikasi ini sebesar Rp 2.592.000. Tentunya masih banyak hal yang harus kami sempurnakan.
Saat mendapatkan informasi program W20 Sispreneur, kami bersemangat mengikutinya. Tujuan kami mengikuti program ini, kami ingin belajar memperluas program pemberdayaan dengan menghasilkan produk dan jasa yang mampu bersaing di dunia nyata. Gamifikasi yang kami lakukan adalah proses belajar menjadi Sispreneur sesungguhnya. Para pengusaha yang lahir dengan proses yang benar.
Tujuan kami berikutnya adalah mendapatkan pengetahuan baik dari sesama peserta maupun para ahli. Sebagai pelaku di Plaza virtual dengan produk dan jasa yang nyata ini, kami perlu berkolaborasi dalam melakukan inkubasi bisnis. Semoga kami juga bisa mendapatkan kesempatan memenangkan perlombaan yang nantinya kami harapkan bisa memperbaiki sistem yang sedang kami bangun, mengembangkan kemampuan dan pengetahuan para member Ibu Profesional menjadi sispreneur yang berkarya dan berdaya bersama melalui Hexamarket.