Halo nama saya Wahyuni Intan Pertiwi. Ibu dari 2 anak laki-laki, Nailal (9yo) dan Hiko (2yo). Saat ini masih aktif bekerja di ranah publik disalah satu perusahaan supporting kayu lapis. Agar tidak terbawa zona nyaman dan juga antisipasi dampak covid lalu, saya mencoba berdagang Frozen Food berupa Dimsum dan Tahu Bakso yang resepnya sudah melalui trial and error. Usaha ini dijalankan dengan sistem PO (pre order) yang kami post sebelumnya di media sosial saya dan suami dan alhamdulillah menuai respon yang baik.
Dimsum sendiri adalah salah satu olahan kuliner asal China yang bisa dijadikan peluang untuk berwirausaha karena hampir semua masyarakat suka. Dengan memvariasikan topping ataupun isian nya, membuat daya tarik dari olahan kuliner satu ini menjadi lebih diminati. Ditambah, bila dibuat frozen, tentu daya tahan olahan dimsum ini lebih panjang. Dulu, sejak saya dan keluarga mengenal olahan ini, saya biasa menyetok untuk camilan dirumah sebagai favorit anak-anak. Dengan dasar pertimbangan itulah, kemudian muncul pemikiran "Kenapa tidak saya jual saja? Bisa buat tambah-tambah ekonomi dapur". Lalu setelah mendapat izin suami, kami sepakat untuk membuka brand name "Dapur Nara" sebagai nama khas dari produk kami.
Melalui sarana promosi media sosial (terutama whatsapp) dan jaringan pertemanan dari mulut ke mulut, kami berusaha untuk mengenalkan 'rasa' dimsum dengan aroma yang khas. Respon positif dari para konsumen membuat saya bergembira karena mendapatkan pelanggan tetap. Namun, dengan saya yang masih bekerja di tanah publik, terbatasnya media penyimpanan dan juga banyaknya penjual dimsum diluar sana yang produknya selalu 'ready' memberikan tantangan tersendiri untuk membuat stok, juga ide-ide olahan frozen food lainnya agar penghasilan omzet kami tetap.
Oleh karena itu, dengan adanya peluang dari program W20 Sispreneur membuat saya kembali bersemangat untuk merancang bisnis olahan kuliner ini menjadi lebih konsisten dan menghasilkan hingga dapat memberi dampak pada masyarakat terutama dalam hal memberdayakan perempuan agar lebih produktif. Dan tentu saja, merumahkan saya agar saya tidak lagi berkerja di tanah publik dan bisa fokus mengembangkan passion dibidang olahan kuliner ini.
Hingga saat ini, omzet kami masih terbilang rendah dinilai 1juta rupiah karena memang modal yang dikeluarkan masih bersumber dari anggaran rumah tangga saja. Semoga dengan mengikuti program ini, kami bisa memperbanyak produksi, memperluas pemasaran dan mempunyai tempat tetap juga omzet yang ratusan kali lipat dari sebelumnya.