Saya adalah seorang dosen yang bercita-cita mempunyai usaha. Namun cita-cita tidak akan tercapai kalau tidak ditekuni dengan serius. Keseriusan dan keberanian saya memulai usaha terus tertunda, sampai akhirnya saya punya keinginan yang sangat kuat untuk segera mewujudkannya. Keinginan kuat ini juga dipermudah dengan ketersediaan waktu saya yang cukup banyak seiring dengan mulainya pandemi covid 19 dua tahun yang lalu. Sistem kerja work from home (wfh) menyediakan waktu luang yang banyak bagi saya untuk mengembangkan rencana bisnis ini.
Sebagai pengajar saya dapat menyampaikan ilmu dengan mendalam dan menarik jika saya mempunyai pengalaman aplikatif di bidang itu. Pengalaman dapat bercerita lebih banyak dan lebih menarik. Keinginan saya membangun usaha juga sejalan dengan program Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) yang memberikan point lebih kepada dosen dan mahasiswa yang mengaplikasikan ilmunya di dunia bisnis dan dunia kerja dalam bentuk program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Usaha yang saya kembangkan berlatar belakang dari suatu artikel yang saya baca yang membuat saya sangat sedih. Betapa ruginya kita sebagai orang Indonesia menjual rotan yang belum diolah ke luar negri dengan harga murah, sementara pengrajin local kita kesulitan bahan baku. Lebih menyedihkan lagi karena rotan tersebut dijadikan produk craft di sana dan dijual kembali dengan harga berkali-kali lipat. Rotan adalah kekayaan hutan spesifik yang hanya dimiliki oleh beberapa negara di Asia Tenggara. Mengapa kekayaan rotan ini kita dijual dengan harga murah? Padahal masyarakat kita punya keterampilan mengolahnya menjadi barang yang bernilai tinggi. Masyarakat negara maju sangat menghargai craft rotan karena handmade dan eco-friendly, sehingga mereka mau membelinya dengan harga yang tinggi.
Saya memilih produk craft rotan untuk bisnis saya dengan tujuan pasar ekspor. Saya belajar dari youtube untuk bisa membuat craft rotan dan saya juga mengembangkan desain produk dengan belajar dari internet. Secara serius saya belajar bisnis ekspor dengan mengikuti beberapa kelas ekspor di Pendidikan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI). Untuk dapat menghasilkan desain produk yang bisa bersaing secara internasional, saya ikut kelas pendampingan desain produk yang dilakukan oleh Indonesia Design Development Centre (IDDC).
Saat ini saya memiliki beberapa orang karyawan ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar rumah saya, lumayan untuk menambah pemasukan keluarga mereka. Mereka saya ajarkan dari nol untuk bisa menganyam, seperti saya juga belajar menganyam dari nol lewat berbagai sumber di internet. Saat ini sample produk craft rotan saya sudah dikirim ke showroom Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) Jeddah untuk dipromosikan di sana dan sudah disetujui juga oleh pihak ITPC Busan untuk dipajang di showroom mereka di Busan.
Namun menembus pasar ekspor bagi pemula masih perlu usaha lebih banyak. Berbagai usaha saya lakukan untuk mendapatkan buyer mulai dari searching calon buyer di luar negri dari internet dan mengirimi mereka email satu persatu, membuat website usaha, promosi lewat media sosial, dan mengirim sample produk ke ITPC. Namun satu cara penting belum saya lakukan karena butuh modal yaitu ikut serta dalam pameran dagang. Dukungan dana dan kesempatan ikut dalam pameran dagang akan sangat membantu saya mendapatkan buyer dan mengembangkan usaha ini. Dukungan juga dibutuhkan dalam perbaikan proses produksi untuk menghasilkan produk berkualitas.