Hai, saya Puti Pertiwi biasa dipanggil Puti. Saya seorang perempuan single yang sedang merintis usaha kuliner sejak dua tahun terakhir setelah lulus kuliah. Hobi saya memasak dan bercita – cita menjadi koki sejak kecil, usaha ini berawal dari keinginan meneruskan usaha catering orang tua yang sudah lama vakum paska ibu saya meninggal. Akhir 2019 saya menerima pesanan nasi box pertama kalinya, dan membuat saya semakin bersemangat untuk mempromosikannya di sosmed maupun kenalan. Hingga di awal 2020 saat pandemi covid-19 baru gencar-gencarnya saya memiliki ide untuk menerima jasa catering makan siang untuk rumah tangga dan instansi di sekitar tempat tinggal. Trial and error pun diusahakan untuk membuat resep dan menu masakan, termasuk kirim sampel masakan ke teman – teman saya yang bekerja di instansi. Tiba di bulan Maret 2020 dengan modal seadanya, saya beranikan diri untuk memulai berjualan dengan sistem pre-order dan free delivery. Karena keterbatasan dana alhasil keseluruhan hal dikerjakan sendiri mulai dari mencipta brand, desain logo, promosi, belanja harian, proses memasak hingga mengantar pesanan. Tentu dalam sebuah proses merintis, naik turun adalah hal biasa. Terkadang full ordered namun tak jarang tidak ada orderan sama sekali. Berjualan dengan sistem pre-order ini berjalan sampai akhir 2020.
Singkat cerita, berkat doa dan usaha, akhir 2020 saya bertemu saudara dari sebatas diskusi kecil, merambah ke support modal. Saya menyadari, masih harus banyak belajar ilmu bisnis. Dimulai dari menentukan ide, konsep, target pasar, menghitung HPP, dan banyak sekali ilmu yang saya belajari sampai mei 2021 terbentuklah KEDAI YAJUN FOOD .
YAJUN FOOD adalah kedai sederhana di teras rumah kami yang kecil, yang menjual masakan dengan basis seafood dengan sistem take away. Ini karena belum adanya ruang untuk makan di tempat. Namun, ketika baru semangat – semangatnya membangun bisnis ini, ada ujian melanda. Kurang dari 3 bulan menjalankan bisnis, pesanan turun akibat lokasi yang kurang strategis. Ditambah lagi aturan pemerintah mengenai PPKM kala itu memperburuk kondisi. Tentu beberapa hal tersebut memicu pikiran yang bercabang, tidak fokus, fisik dan mental drop sehingga kedai sering tutup yang mengakibatkan penurunan penjualan yang signifikan dan larinya konsumen.
Pada akhirnya, beberapa support dari saudara membuat saya tegar dan kembali melakukan bisnis kecil-kecilan dengan membuat home-made frozen food dan sambel botol yang bisa di kirim ke luar kota. Beberapa rekan juga berusaha membantu dengan mempromosikan kedai kami serta memesan pesanan nasi box dan snack box. Meski tak besar, setidaknya hal tersebut cukup stabil untuk kembali mempertahankan bisnis yang telah dirintis. Semua masih dikerjakan secara manual dan sendiri, sembari menata bisnis dan belajar mengembangkannya menjadi lebih besar. Sebisa mungkin mencoba memanfaatkan semua peluang yang ada, dengan mengikuti workshop, bergabung dengan komunitas UMKM lokal, serta menawarkan produk-produk kami kepada organisasi lokal yang bergerak di bidang kemanusiaan dengan promo tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk membangun network serta memasarkan bisnis meski dimulai dari hal kecil. Meski terkesan kecil, dengan ide tersebut mampu mempertahankan bisnis kami dengan omzet kotor per bulan 5-8 juta rupiah.
Dua tahun mempertahankan bisnis kuliner ini tidak mudah, saya sadar betul untuk menjadi sukses tidak ada yang instan. Maka dari itu, agar bisnis saya terus berjalan dan berkembang, saya terus belajar meningkakan skill, marketing, membuat konten promosi dan pelayanan serta hal – hal yang mendukung untuk perkembangan YAJUN FOOD, bersilaturahmi dan pelan – pelan mulai membangun relasi yang lebih luas. Selain sekedar berjualan, saya ingin upgrade ilmu dan skill untuk diri sendiri dan bisnis saya sehingga bisa meningkatkan kapasitas penjualan. Inilah salah satu tujuan saya mengikuti #Sispreneur ini, selain juga berharap mendapatkan support modal untuk scale up bisnis untuk membangun dapur produksi dan perlengkapan menunjang sehingga ketika saya mendapat orderan dengan skala besar dapat dikerjakan dengan maksimal dan menambah mutu produk. Lebih jauh, hal tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain yang memungkinkan untuk melakukan rekruitmen karyawan.