Hai Sisters!
Perkenalkan, aku Nikmah. Sudah menikah dari 2014, namun sepanjang 6 tahun pernikahan, aku dan suami hidup di kontrakan. Kami berpindah tempat hingga empat kali. Per awal tahun 2021 akhirnya aku menempati rumah baru, itupun membangun dengan cara bertahap yang kami beri nama 'rumah tumbuh'. Tidak semua ruangan langsung jadi, bagiku terpenting bangunan utama untuk kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, dan dapur sudah terpenuhi. Bangunan rumahku memiliki luas 85 meter persegi di atas tanah 105 meter persegi, mempunyai balkon 47 meter persegi. Sengaja di-'dack' depan dan belakang supaya hemat dan efisien, sekaligus menjadi tempat aku dan suami berkebun.
Berkebun dan membangun rumah ramah lingkungan bermula dari 2018, kesadaran diri dan keluarga kecilku untuk hidup sehat. Pertama kali muncul berupa kesadaran ekologis, aku dan suami mulai memilah sampah. Terus belajar untuk mengelola, hingga akhirnya mulai gemar mengkonsumsi makanan yang less waste. Kebutuhan sayur organik pun ditanam sendiri oleh suami, sebagian kami jual. Tak menyangka, jualan sayur, benih, dan bibit dari lahan sempit kontrakan bisa menghasilkan pundi keuangan yang cukup lumayan.
Sudah ada ratusan jenis tanaman sayur, buah, herbal yang tumbuh di balkon rumah serta kebun di atas tanah. beberapa tanaman hias juga ada, walau bukan tanaman utama yang aku fokuskan.
Di saat aku menempati rumah baru ini lah tercetuslah ide untuk mengembangkan lagi bisnis minim sampah dengan konsep permakultur. Apakah itu? Yaitu permanen kultur atau permanen agrikultur, merupakan budaya lestari yang berkaitan dengan mengembangkan, menghidupkan dan membudidayakan tanah. Bisnis minim sampah dengan konsep ini sungguh selaras dengan tujuan hidup keluarga kecilku. Aku mulai mengembangkan rumahku sebagai laboratorium kehidupan. Aku melakukan eksperimen, mengkonsep, menulis beberapa ide untuk diwujudkan secara komunal. Di komplek yang isinya hanya 30 persen hunian dari total 100 unit, tentu cukup mudah bagiku untuk berkoordinasi. Aku dan suami aktif berkebun dan mengelola lahan di dekat rumah, membangun bank sampah, hingga menjual benih dan bibit ke teman-teman online. Walau tidak memiliki toko, jualan dan gerakan ekologis ini saling terkait dan mengisi. Pernah aku tulis di sini.
Sebenarnya, bukan sekadar menjual bibit, benih atau hasil kebun yang menjadi tujuan utamaku. Namun aku ingin membudayakan lingkungan sekitar untuk lebih baik, sehat dan peduli lingkungan bersama-sama. Aku hidup diantara rumah yang lahannya masih luas dan asri, namun di sisi lain, diapit oleh perkampungan yang masih kotor dan memiliki kebiasaan tidak lestari. Seperti membakar sampah, membuang sampah ke aliran sungai, dan perilaku lainnya yang tanpa disadari merusak lingkungan. Beberapa keluhan, seringnya kekurangan air karena air sumur kering di musim kemarau sebab daya resap tanah mulai berkurang. Oleh karena itu, permasalahan mereka, menjadi lahan perbaikan dan motivasiku untuk mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan tanah lebih hijau dan asri.
Aku berharap bisa mengembangkan bisnisku ini melalui strategi permakultur yaitu menanam banyak tanaman hijau, mengembangkan benih, bibit, semua dari satu area balkon. One day, aku juga ingin mendirikan agrowisata skala lokal di sekitar wilayah perumahan. Banyak peluang baik yang sudah aku survey dan petakan dari area sekitar rumahku ini. Aku yakin, tidak hanya aku yang bisa berkembang dan berdikari. Namun warga sekitar paling utama dan pertama yang mampu merasakan dampak baiknya konsep bisnisku ini.