Hola sisters!!
Namaku Sri Sulistiowati Suparno, orang memanggilku Sri.
Menjadi seorang pengusaha merupakan mimpi Aku dan Suamiku. Maklum saja, selama 14 tahun Aku bekerja sebagai HRD dibeberapa perusahaan lokal maupun multinasional. Aktivitas kami yang sama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup membuat Aku dan suami banyak kehilangan waktu bersama anak-anak. Pergi pagi pulang malam, bahkan pagi pernah aku cicipi. Berbagai gejolak perasaan seorang ibu yang harus meninggalkan anaknya ketika matahari belum sepenuhnyap menampakan diri dan pulang ketika sang anak sudah terlelap, aku pernah merasakannya.
Ya, perasaan-perasaan itulah yang menjadi cikal bakal keputusanku untuk meninggalkan dunia korporasi. Setelah sebelumnya memikirkan apa yang akan aku lakukan ketika sudah berada sepenuhnya di rumah, Karena aku tidak mau begitu saja menganggur dan tidak melakukan apa-apa walaupun aku di rumah maka dengan usulan paksu alias pak suami akhirnya kami sepakat untuk membuat usaha kecil-kecilan dengan harapan usaha ini bisa bertumbuh dan berkembang sehingga pada akhirnya dapat menjadi tulang punggung bagi kami di hari tua kami.
Suami mengusulkan untuk membuka warung kopi saja dilengkapi dengan panganan rumahan, karena paksu melihat kegigihanku berniaga dengan meracik sendiri aneka pudding sedot (Pudot) dan juga thai tea yang sudah aku geluti sejak tahun 2013 silam. Betul sekali, dulu ketika aku masih berstatus pekerja kantoran, aku sudah sering berjualan Pudot dan juga thai tea ketika ada acara tertentu misalkan berbuka puasa, lebaran dan juga ketika ada acara-acara bazar maupun acara pertandingan futsal di lingkungan pekerjaan suamiku rata-rata mereka memesan untuk diantar sebagai cemilan atau minuman yang menemani mereka bertanding.
Singkatnya di awal 2020, kami membulatkan tekad untuk membangun sebuah tempat usaha. Keberuntungan memihak kami karena tak perlu menyewa lahanyang merupakan salah satu modal terbesar dalam berusaha. Namun mimpi indah kami terusik ketika wabah Covid-19 yang akhirnya menjadi pandemi di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Tak hanya itu, di tengah wabah, cobaan besar kami alami. Suami terpaksa dirawat di rumah sakit karena serang gejala stroke yang dialaminya. Tak mau kalah oleh penyakit dideritanya, setelah terbaring lemah selama lima hari di rumah sakit, Suamiku langsung bergerak membabat lahan dan terlibat langsung dalam pembangunan lokasi usaha kami yang terletak di Jalan Jati No 84, Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan. Mimpi itu harus terwujud, pikir suamiku ketika itu.
Kini mimpi itu telah dimulai. Berdiri sejak 11 November 2021, Alvandra's Kitchen, usaha yang diberi nama dari kedua nama anak kami, Alvaro dan Sandra telah mulai beroperasi dan kini semakin banyak dikenal masyarakat, khususnya di sekitar Komplek Melati Mas, Graha Raya dan kawasan BSD.
- Anti Ngadep Tembok -
Bukan tanpa sebab kami memberikan tagar itu di tempat usaha kami. Suamiku yang berprofesi sebagai jurnalis telah memikirkan bagaimana dampak Covid-19 di dunia. Penularan Covid-19 melalui udara dikhawatirkan akan semakin massif di ruang tertutup. Tak hanya itu area kebun dengan udara sejuk menjadi keunggulan kami yang membuat para pelanggan merasa nyaman. Di Alvandra's Kitchen, para pengunjung dimanjakan dengan pemandangan hijau dan udara segar yang tentu saja tak perlu merogoh kocek terlalu dalam.
Sejumlah pembatasan dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi keganasan Covid-19. Dunia usaha terpukul. Banyak masyarakat menjadi korban meninggal, termasuk mertua Aku yang telah berusia lanjut akhirnya menghembuskan nafas terakhir karena paparan Covid-19. Namun keteguhan suami dan support diberikan kepada Aku membuat kami tetap bertahan.
Tak jarang sejumlah orang bertanya bahkan terkesan menyindir karena kenekatan kami membangun usaha kuliner di tengah pandemi. Tapi Alvandra's Kitchen dibangun bukan tanpa perhitungan. Alasan pertama, jika kami menunggu pandemi selesai, hingga saat ini tak ada seorangpun yang mampu memprediksi kapan virus yang pertama menyebar di China ini akan benar-benar berakhir. Artinya, kami tak akan pernah memulai usaha untuk mewujudkan mimpi sekaligus bekal untuk anak-anak kami. Alasan kedua, semakin lama kami memutuskan memulai usaha, harga-harga material dan lainnya terntu akan semakin tinggi, yang membuat anggaran kian membengkak. Alasan terakhir dan terpenting, bila kami mampu bertahan di tengah pandemi, maka di situasi normal, orang telah mengenal Alvandra's Kitchen. Harapannya, pelanggan Alvandra's Kitchen akan semakin banyak saat pemerintah menetapkan status pandemi Covid-19 telah menjadi endemi.
Secara umum, Alvandra's Kitchen dibagi menjadi dua bagian, yaitu outdoor dengan meja dan kursi berbahan dasar ban mobil dan sepeda. Cahaya lampu dengan lampion di sisi taman membuat para pelanggan semakin merasa tenang dan nyaman menikmati aneka menu yang kami siapkan. Sementara bagian indoor menggunakan meja kayu dan lesehan. Meski indoor, kami tak menutup ruangan dengan tembok, melainkan dengan tirai bambu yang dapat dibuka dan ditutup tergantung kondisi cuaca. Bagian dalam dilengkapi berbagai ornamen lampion hingga lampu model sepeda dan petromak sehingga tetap memunculkan suasana pedesaan yang tak lepas dari kebun dan alam. Parkiran luas menjadi salah satu kelebihan lokasi usaha kami yang total memiliki area sekitar 600 meter persegi.
Dengan konsep ini kami berharap berbagai kalangan, baik menengah ke atas ataupun masyarakat bawah dapat menikmati menu dan konsep kami tawarkan. Terbukti pelanggan yang hadir tak hanya mereka yang berkendaraan roda empat, namun juga motor berbagai merek milik para pelanggan terparkir di Alvandra's Kitchen. Beberapa kali Alvandra's Kitchen menjadi lokasi pertemuan atau kopi darat sejumlah komunitas, termasuk untuk acara ulang tahun dan buka puasa bersama. Alvandra's Kitchen memang dikemas untuk segala kebutuhan acara spesial, mulai dari bersantap bersama teman, sahabat, keluarga, kerabat dan kolega, arisan dan lainnya.
Untuk menu makanan kami mengusung konsep perpaduan antara tradisional nusantara dengan mancanegara. Untuk menu utama terdapat pilihan seperti ayam bakar sambal kemangi, ayam goreng lengkuas, mozzarella ayam selimut (chicken cordon bleu), dan aneka spaghetti. Sedangkan pilihan menu kudapan tersedia seperti aneka roti dan pisang bakar, kentang goreng, pisang dan tape lumer cokelat maupun keju, dan lainnya. Semuanya panganan kami diolah tanpa menggunakan vetsin. Untuk menemani aneka panganan tadi, tersedia aneka pilihan minuman mulai dari kopi, cokelat, smoothies buah, teh, sampai minuman bersoda. Harga dibanderol mulai dari Rp 6.000 hingga Rp 35.000.
Melengkapi kenyamanan para pelanggan, Alvandra's Kitchen menyediakan fasilitas mushola, toilet, aneka permainan yang bisa dimainkan sambil menunggu pesanan tiba, dan juga akses wifi yang mumpuni bagi yang ingin ber-WFH di Alvandra’s Kitchen. Di tempat kami, untuk minuman kopi menggunakan biji kopi utuh yang akan digrinder langsung ketika ada pesanan dari pelanggan, jadi bukan kopi yang berasal dari bubuk kopi pabrikan, tapi kami membeli biji kopi tersebut langsung dari petani kopi. Memang sudah komitmen aku dan suami ketika merencanakan memulai usaha ini bahwa kami akan merangkul para produsen kecil maupun pengusaha kecil dalam proses kami mengusung usaha kami.
Dan kami, khususnya Aku yang memiliki latar belakang di dunia SDM/HR telah berkomitmen bahwa kami akan memberdayakan sumber daya manusia yang mungkin terkendala dalam dunia kerja formal. Dalam arti kata, untuk kebutuhan rekrutmen kami akan membuka kesempatan yang luas kepada seluruh angkatan kerja dan jurusan dari level pendidikan apapun, selama kandidat tersebut memiliki keinginan kuat untuk bekerja dan belajar tentunya. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan kami dan juga untuk berpartisipasi dalam rangka mengurangi angka pengangguran, serta membuka kesempatan bagi mereka yang ingin maju dan mengasah kemampuan kerjanya di dunia kerja. Karena tidak semua orang berkesempatan menyicipi bangku kuliah setelah lulus dari pendidikan SMA dan tidak semua orang berkesempatan berkuliah di universitas ternama. Mengapa aku menyoroti dua alasan tersebut? Karena dua alasan tersebut yang paling dipersyaratkan dalam iklan lowongan kerja dan tidak dipungkiri persyaratan tersebut mengkotak-kotakan angkatan kerja, sehingga ada angkatan kerja yang tidak compete dengan persyaratan tersebut, akhirnya tersisih dan menjadi angka pengangguran. Oleh sebab itulah, aku dan suamiku lebih memilih mengedepankan karakter dan attitude yang baik dari setiap pekerja kami dalam proses rekrutmen kami, agar setiap angkatan kerja dari level pendidikan manapun bisa berkesempatan belajar dan bekerja.
Tak lupa satu prinsip yang selalu Aku pegang dalam menekuni usaha kuliner sejak dulu adalah berusaha memberikan yang terbaik dengan harga yang terjangkau untuk semua kalangan. Aku ingin, semua kalangan masyarakat dapat menikmati hidangan enak berkualitas dengan harga yang tidaklah mahal. Untuk itulah kami selalu melakukan survey pasar mengenai bahan baku yang kami gunakan sebelumnya, mulai dari kehalalan dari produk tersebut, keamanan bahan kandungan yang terdapat didalamnya, dan juga mengenai harga bahan baku tersebut. Dapat dipastikan produk kami berbahan premium, dengan harga terjangkau.
Ada kalanya warung kami (yaa kami lebih suka menyebut Alvandra’s Kithen dengan sebutan warung untuk mengingatkan kami akan prinsip kesederhanaan), ramai pelanggan dan ada kalanya bahkan satu hari pun tidak ada pengunjung sama sekali. Pergerakan penjualan kami naik turun setiap hari baik dari penjualan offline maupun dari channel online seperti ShopeeFood, GoFood, GrabFood, Kulina dan Yummyshop. Tapi kami lalui itu semua dengan selalu bersikap sabar, ikhlas dan selalu optimis, bahwa pandemi pasti akan segera berlalu dan kondisi ekonomi pasti akan segera membaik. Dan kami pun selalu melakukan pembelajaran dari hati ke hari melalui channel pembelajaran dari pemerintah melalui DinkopUKM kota Tangerang Selatan, mengikuti komunitas, dan juga pelatihan-pelatihan lainnya untuk penunjang operasional warung kami, sehingga kami pun pelan-pelan dapat memenuhi semua persyaratan administrasi sebagai UMKM.
Saat ini masuk tahun kedua Alvandra’s Kitchen berdiri ditengah-tengah pandemi ini, tidak mudah melalui semuanya. Permodalan menjadi hal yang benar-benar menjadi kendala kami melalui semua. Alhamdulillah bantuan dari pemerintah kami dapatkan dalam bentuk bantuan untuk UMKM. Namun, itu belum cukup untuk melakukan ekspansi dan pengembangan secara kontinyu.
Persoalan anggaran untuk pengembangan menjadi salah satu PR terbesar kami selain sektor marketing seperti beriklan di platform berbayar, mencetak brosuk maupun spanduk untuk lebih memperkenalkan kami kepada masyarakat lebih luas di sekitar Tangerang Selatan. Upaya dilakukan kami saat ini memaksimalkan media sosial sebagai media promosi kami dan juga dari mulut ke mulut kepada teman, sahabat, kerabat dan kolega kami. Tak hanya itu, meski nyaman dengan udara terbuka, salah satu kelemahan kami adalah saat cuaca hujan. Pengembangan dengan membuat tenda kokoh seperti berbahan membran misalnya akan membuat para pelanggan tetap dapat merasa aman dan nyaman berkulineran di tempat kami meski cuaca tak bersahabat.
Selain memberikan pelayanan yang lebih maksimal, berkembangnya Alvandra's Kitchen kami yakini akan semakin banyak membantu masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Harapanku dengan mengikuti kompetisi #Sispreneur sebuah Program Inkubasi Bisnis Pemanfaatan Digitalisasi dan Inklusi Ekonomi untuk UMKM Perempuan Indonesia ini dapat membantu kami mewujudkan mimpi-mimpi kami tidak hanya untuk warung kami namun juga bagi lingkungan sekitar kami. Salam kuliner anti ngadep tembok!!