Hai Sis,
Kenalkan nama aku Rahma Ibu dari 5 orang anak. Peran sebagai ibu ranah domestik telah aku jalani lebih dari 10 tahun. Hal ini makin lama semakin membuat aku terjebak dalam rutinitas hingga rasa jenuh datang membuat aku bertanya-tanya kapan aku bisa aktualisasi diri, ditengah kerempongan menjadi seorang Ibu.
Impian menjadi seorang Ibu yang berdaya, mampu berdiri di atas kaki sendiri, mampu berkarya walau menyandang status sebagai ibu rumah tangga.
Setelah diskusi panjang dengan suami akhirnya aku memutuskan untuk memulai bisnis di bidang kuliner karena aku suka memasak dan membuat kue.
Oktober 2019 aku mulai trial dan error resep ayam ungkep presto. Kenapa aku mengambil ayam presto sebagai usaha yang aku tekuni karena di sekitar rumah belum ada yang menjual ayam presto.
Setelah 3 bulan trial dan error akhirnya memberanikan diri untuk membuka warung makan kecil.
Januari 2020 warung makan ayam presto resmi dibuka. Baru beroperasi 3bulan pandemi datang mengharuskan kami menutup warung.
Bulan September 2020 saya dan suami berencana untuk membuka kembali warung makan AyTo (Ayam Presto) dengan perencanaan yang lebih baik. Kali ini kami berdua sepakat untuk membangun bisnis bersama.
Saya yang memasak bahan baku di rumah sedangkan suami yang berjualan di warung.
Hari Senin sampai Jumat warung buka di malam hari selepas suami pulang kantor sedangkan hari Sabtu dan Ahad buka siang hari. Kami pun mendaftarkan warung kami di Go Food https://gofood.link/a/yXTbnRJ
Menjadi coupleprenure tidak seindah yang dibayangkan. Kami harus berjuang menurunkan ego dan belajar profesional agar urusan bisnis tidak bercampur dengan urusan rumah tangga.
Terlebih lagi kami berdua sangat awam di bisnis kuliner. Perlu waktu untuk kami berdua untuk belajar membangun brand, melihat target market, mencari supplier bahan baku dan melihat kompetitor sekitar.
Suka duka berbisnis kuliner pasti selalu ada. Pernah satu hari kami tidak berhasil menjual ayam satu potong pun. Hingga membagikan kepada tetangga dan saudara. Kekurangan kami juga terletak pada marketing terutama strategi marketing digital.
Pernah juga saya merasa lelah dan hampir menyerah karena penjualan terus menerus. Namun suami selalu berkata "ada atau tidak ada yang beli kita harus tetap buka. Kita harus menjadi contoh untuk anak-anak bahwa segala sesuatu perlu proses dan usaha."
Kata-katanya menjadi pematik saya untuk bangkit dan bersemangat kembali.
Konsistensi dan komitmen sungguh menjadi tantangan tersendiri dalam menjalani bisnis kuliner.
Bicara tentang mimpi tentu kami berdua ingin scale up bisnis kuliner. Menjual produk ayam presto dalam bentuk Frozen food sehingga target marketnya lebih luas.
Untuk mewujudkan impian itu kami membutuhkan pembiayaan untuk membeli freezer, alat vacum plastik dan panci presto kapasitas besar.
Untuk saat ini usaha yang kami jalani masih skala kecil menyesuaikan dengan perlengkapan yang kami miliki yaitu panci presto kapasitas 12 ltr dan 4 ltr. Tentu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan warung makan tidak bisa untuk produksi skala besar.
Menjadi perempuan produktif ditengah kesibukan menjadi ibu 5 orang anak tentu tidak mudah. Tanpa support system dari keluarga tidak mungkin saya bisa berada diposisi saat ini.
Harapan saya dengan mengikuti #sispreneur bisa mewujudkan mimpi untuk scale up bisnis sehingga bisnis yang jalani bisa berdampak lebih luas lagi.