Status sebagai seorang istri sekaligus ibu dari dua anak tak menjadikan saya berhenti belajar dan berkarya, serta memberi manfaat untuk orang lain. Perkenalkan, saya Liza Iftitah Aisyiyah, lulusan Pendidikan Tata Busana dari salah satu kampus negeri di Kota Malang, Jawa Timur. Sejalan dengan bidang yang saya geluti di perkuliahan, saya memulai usaha jasa jahit sejak di bangku kuliah, tepatnya tahun 2014.
Ketika lulus kuliah di 2016 dan lanjut menikah di awal 2017, saya tetap melanjutkan passion saya di bidang menjahit. Pada saat itu, bekerja sendiri tanpa asisten membuat cukup lelah dan kuwalahan. Namun, karena saat itu tidak ada ambisi untuk mengembangkan usaha untuk lebih baik lagi, saya bertahan di zona nyaman tersebut dalam setahun.
Singkat cerita, di pertengahan 2018 ketika membuka sosial media Instagram, begitu banyak bertebaran akun-akun toko online yang menjual produk fashion muslim. Terbesitlah di pikiran saya, “kayaknya seru juga, ya, kalau punya produk untuk dijual, paling enggak karyaku bisa dikenal dan dipakai banyak orang.” Sementara usaha saya sejauh ini kok begitu-begitu saja, tidak ada progress yang berarti, meskipun sudah lama aktif di sosial media Instagram. Adapun username Instagram yang saya buat untuk posting hasil jahitan bernama @lizif_dressmaker, aktif sejak akhir 2016.
Gambar 1: Akun Instagram Lizif Dressmaker
Gayung pun bersambut. Bulan Agustus 2018, ada salah satu alumni/kakak tingkat yang berprofesi sebagai guru tata busana di salah satu SMK Negeri sedang mencari tempat untuk Praktek Kerja Lapangan siswa beliau. Saya pun memberanikan diri untuk bersedia menjadi DUDI (Dunia Usaha dan Industri). Alhamdulillah, di bulan Desember 2018, dimulailah PKL empat siswa dari sekolah tersebut. Selama PKL, selain saya membimbing para siswa, saya juga sangat terbantu untuk menyelesaikan orderan jahit lebih banyak lagi. Bahkan sempat membuat produk topi bonnet untuk bayi/balita perempuan yang coba saya pasarkan di Instagram.
Gambar 2: Postingan Produk Topi Bonnet di Feed Instagram Lizif Dressmaker
Gambar 3: Postingan Produk Topi Bonnet di Story Instagram Lizif Dressmaker
PKL angkatan pertama berakhir di bulan April 2019. Setelah itu saya bekerja dengan dibantu seorang pegawai dan pada bulan Desember 2019 alhamdulillah saya dipercaya lagi menjadi DUDI untuk PKL siswa SMK yang sama. Memasuki awal tahun 2020 yang merupakan tahun terberat bagi saya sekeluarga karna pandemi covid, keadaan usaha mulai di ujung tanduk. Siswa PKL yang seharusnya belum selesai PKL ditarik pulang oleh pihak sekolah, sementara sisa orderan jahit masih cukup banyak dan harus saya selesaikan sendiri dalam keadaan hamil tua. Setelah lahiran anak kedua pada bulan Maret, saya vakum menjahit karena kesibukan mengurus bayi. Saya mulai berpikir untuk menghasilkan uang kembali untuk perputaran ekonomi keluarga. Dari situ, saya mulai mencoba membuka kursus kecil-kecilan dan ada satu orang yang bersedia mendaftar.
Seiring berjalannya waktu, saya ingin kembali berkarya meskipun orderan jahitan masih sepi karena pandemi. Muncullah ide membuat produk hijab untuk dijual online. Langkah pertama adalah merekrut pegawai, lalu mengumpulkan modal untuk membeli bahan. Produk hijab yang saya jual adalah bergo tali yang saat itu sedang booming tapi menggunakan kain bermotif . Hijab model seperti itu masih tidak banyak tersedia di pasaran. Kemudian saya mencoba pasarkan melalui sosial media dan marketplace. Untuk sosial media Instagram, saya membuka akun baru khusus berjualan hijab dengan nama @lizif.id. Tak disangka-sangka, peminatnya sungguh luar biasa banyak karena jangkauan pemasaran di sosial media dan marketplace sungguh luas. Dalam sebulan, bisa mencapai omzet 10 juta rupiah.
Gambar 4: Postingan Produk Hijab Bergo di Feed Instagram lizif.id
Gambar 5: Postingan Produk Hijab Bergo di Feed Instagram lizif.id
Gambar 6: Postingan Produk Hijab Bergo di Marketplace
Gambar 7: Catatan Omzet di Marketplace September 2020
Sayang sekali, penjualan yang cukup tinggi tersebut hanya bertahan di tahun pertama. Di pertengahan 2021, penjualan produk hijab perlahan menurun. Menurut pengamatan saya sebagai awam, cukup banyak pesaing di marketplace yang menjual produk sejenis dengan harga lebih murah dari harga yang saya patok. Selain itu, kesibukan pengerjaan orderan jahit dan keterbatasan pegawai juga berpengaruh terhadap update model dan stok hijab.
Ketika mengalami penurunan penjualan, saya kembali menggencarkan promosi jasa jahit di sosial media agar lebih dikenal banyak orang. Salah satu hal yang saya lakukan adalah membuat video reel dan rajin membuat postingan atau story, baik itu di akun bisnis maupun di akun pribadi. Perlahan-lahan, banyak peminat dari luar daerah meskipun di sosial media tidak terlalu banyak penambahan follower.
https://www.instagram.com/reel/CWwp-QXB2De/?utm_source=ig_web_copy_link
Link 1: Reel Instagram Tutorial Menghias Baju
https://www.instagram.com/reel/CX2gW2NNj3q/?utm_source=ig_web_copy_link
Link 2: Reel Instagram Tutorial Payet
https://www.instagram.com/reel/CYjEEBmsttj/?utm_source=ig_web_copy_link
Link 3: Reel Instagram Tutorial Payet
https://www.instagram.com/reel/CaCVY4whsKN/?utm_source=ig_web_copy_link
Link 4: Reel Instagram Hasil Jahit Kebaya
https://www.youtube.com/watch?v=pa2YnACN18E
Link 5: Vlog PKL di Rumah Jahit LIZIF
Adanya pegawai dan siswa PKL turut membantu saya dalam mengerjakan semua orderan. Hingga saat ini Lizif Dressmaker telah bekerja sama dengan pihak SMK sebagai DUDI sudah sebanyak 6 kali. Empat kali di antaranya adalah siswa dari SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan dan 2 kali sisanya dari SMK swasta di Kabupaten Malang.
Gambar 8: Produk Bergo Motif LIZIF.ID
Gambar 9: Hasil Jahit Kebaya dan Dress Lizif Dressmaker
Rencana ke depannya, saya berharap saya dapat kembali meraih masa- masa kejayaan seperti tahun 2020 di mana penjualan produk hijab meraup keuntungan yang cukup tinggi. Langkah saya selanjutnya adalah menambah stok produk dan update model produk sehingga produk bervariasi. Semuanya dimulai dengan merekrut pegawai lagi minimal 2 orang, menambah kelengkapan peralatan jahit, dan membeli bahan utama hijab. Adapun rincian biaya yang mungkin saya butuhkan untuk mewujudkan rencana tersebut sebagai berikut.
No. |
Nama Barang |
Estimasi Harga (Berpatokan di Marketplace) |
1. |
Mesin high speed JUKI |
Rp 4.200.000,00 |
2. |
Mesin portable SINGER semi high speed |
Rp 3.500.000,00 |
3. |
Setrika 2 pcs |
Rp 500.000,00 |
4. |
Mesin obras SINGER 2 pcs |
Rp 3.000.000,00 |
5. |
Bahan hijab 1 (20 warna x 1.80 meter) = 36 meter @Rp 40.000,00 |
Rp 1.440.000,00 |
6. |
Bahan hijab 2 (20 warna x 1 meter x 2 ppcs) = 40 meter @Rp 40.000,00 |
Rp 1.600.000,00 |
7. |
Bahan hijab 2 (20 warna x 3 meter) = 60 meter @Rp 40.000,00 |
Rp 2.400.000,00 |
8. |
Maneqin badan premium 2 pcs |
Rp 5.000.000,00 |
Jumlah |
Rp 21.640.000,00 |
Dengan mengikuti Program Inkubasi Bisnis UMKM W20 Sispreneur, saya berharap mendapatkan upgrade ilmu yang berkaitan pengembangan bisnis, khususnya UMKM seperti Lizif Dressmaker. Dengan adanya perkembangan usaha saya di bidang fashion ini, saya bisa merekrut karyawan dari lulusan SMK Tata Busana di daerah tempat saya tinggal , di mana mayoritas dari mereka setelah lulus sekolah tidak bisa melanjutkan kuliah atau langsung menikah sehingga kurang bisa mengeksplor kemampuan diri di dunia kerja sementara mereka masih mudan dan berpotensi. Di samping itu, Lizif Dressmaker juga bisa menjadi ladang belajar yang baik bagi siswa SMK Tata Busana yang mencari ilmu melalui program PKL.