Seiring dengan ditetapkannya Danau Toba menjadi salah satu Destinasi Pariwisata dengan kategori “ Super Prioritas” ada rasa bangga dan haru sebagai salah seorang Putra Daerah karena setelah sekian lama akhirnya pada usia hampir setengah abad aku akan melihat bagaimana Danau Toba akan menjadi salah satu primadona pariwisata Indonesia selain dari tempat-tempat lain di Indonesia yang sudah lebih dulu selalu dikunjungi oleh turis-turis baik lokal maupun Internasional. Oh ya Namaku Ida R Tampubolon, lahir di Balige pada tanggal 25 Mei 1973 dan saat ini saya berdomisili di daerah Tangerang Selatan.
Tak tenang rasanya jika saya hanya sebagai penonton saja. Sebagai putra daerah saya terpanggil untuk ikut serta berkonstribusi walau hanya sebagian kecil yang bisa saya lakukan untuk ikut ambil bagian di dalamnya melakukan sesuatu untuk daerah tempat kelahiran saya. Pada tahun 2019 saya dan suami membuka lapangan futsal yang berdiri berdampingan dengan restoran milenial yang menetapkan harga terjangkau yang tujuannya adalah supaya anak-anak muda di Balige memiliki tempat alternatif positif untuk mengisi waktu luang mereka. Seiring dengan perjalanan waktu kembali saya terusik untuk mengangkat kembali tenun Balige sebagai Ikon Kota Balige untuk dijadikan oleh-oleh pariwisata Balige secara khusus dan Toba secara Umum.
Tenun Balige sebagai ikon kota Balige memiliki sejarah yang panjang di dalam memajukan perekonomian daerah Balige dan kota-kota di sekitarnya sampai ke Sumatera bagian Timur. Tenun Industri yang diprakarsai Pemerintah Kolonial untuk mengantisipasi dampak depresi besar pada Ekonomi rakyat yang terjadi sekitar era tahun 1930 an. Keberadaan industri pada saat itu berkembang sampai hampir 70 pabrik dan membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakan sekitar bahkan sampai ke kota-kota lain di sekitar Balige. Industri yang mangalami kejayaan pada tahun 70 an sampai awal tahun 80 an ini membuat Balige dijuluki kota “Majayala kedua” merujuk nama kota industri terbesar di Indonesia di Priangan Selatan waktu itu. Masih terngiang di kepala saya bunyi “suk- sak , suk -sak “ hampir di seluruh pelosok kota pertanda denyut perekonomian yang hidup saat itu. Namun sejak tahun 80 an ke atas perlahan industri ini makin memudar, bunyi “Suk-sak , suk-sak “ perlahan makin berkurang dan semakin lama semakin sepi dan hampir senyap .
Dilatar belakangi oleh kegelisahan itu maka Pada pertengahan tahun 2021 lahirlah LI – Uli produk Tas dan turunannya dari bahan yang ramah lingkungan yaitu karung goni laminating yang dikombinasikan dengan dengan tenun Balige dan Ulos Batak.
Li-Uli berasal dari Kata Uli yang dalam bahasa Batak artinya sangat banyak antara lain : Cantik atau elok, bagus, untung , rejeki, kondisi yang makin membaik dll. Nama Ini adalah sebuah doa dan harapan saya untuk Tenun Balige secara khusus dan Pariwisata Danau Toba secara Umum . Semoga Li-Uli bisa menjadi salah satu oleh-oleh khas pariwisata danau Toba dan akhirnya Tenun Balige bisa dikenal secara lebih luas sampai ke mancanegara.
Bunyi “Suk-sak ,Suk-sak “ bisa menggema lagi sebagai pertanda denyut nadi perekonomian Balige dan kota disekitarnya semakin membaik.
Program Inkubasi Bisnis W20 saya harap bisa menjadi wadah saya untuk menimba ilmu, bertumbuh dan mengarahkan saya di dalam mencapai cita-cita saya terutama menjadikan Li-Uli menjadi salah satu oleh-oleh pariwisata Danau Toba
dan melaluinya Tenun Balige secara khusu dan Ulos Batak makin dikenal luas sampai ke mancanegara. #Sispreneur