Halo!
Nama saya Siti Raudoh, saat ini saya berusia 31 tahun.
Bisa dibilang, berbisnis adalah hobi yang sudah saya lakukan sejak kecil. Saya memulai berbisnis dengan berdagang di kelas 2 SD. Pada saat itu, saya berjualan stiker yang saya dapat dari paman saya. Tidak disangka, kegiatan berdagang itu berlanjut di kelas-kelas berikutnya, hingga jenjang-jenjang sekolah berikutnya. Saya tidak pernah absen untuk membawa sesuatu untuk dijajakan kepada teman-teman sekelas. SD, SMP, SMA, sampai kuliah pun saya masih berdagang. Sudah berbagai macam produk saya jual. Berawal dari stiker, jajanan pasar, cilok buatan ibu, kaos kaki, jilbab, buku, dll. Saya tidak pernah merasa malu dan bosan untuk menjajakan sesuatu di kelas. Lagipula, kegiatan berdagang tidak pernah menggangu kegiatan pembelajaran saya di sekolah. Saya selalu menduduki posisi top 3 juara kelas.
Begitulah yang terjadi di tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun 2013, saat saya masih belum lulus kuliah, saya membangun sebuah brand fashion muslim bersama seorang sahabat. Hingga lulus kuliah, bisa dibilang saya tidak pernah menggunakan ijazah saya untuk melamar pekerjaan.
“Berbisnis saja.” Itu lah yang ada di otak saya.
Tahun 2015, saya berbisnis produk kecantikan alami yang saya ambil dari jawa tengah. Setelah itu, di tahun 2017, saya berkenalan dengan seorang bapak asal Maroko. Beliau adalah produsen minyak argan. Melihat potensi argan oil di Indonesia, akhirnya saya memutuskan untuk bekerjasama dengan beliau untuk memasarkan produk ini di Indonesia. Satu tahun berjalan, bisnis tersebut berkembang sangat signifikan. Grafik penjualan selalu naik per bulannya.
Namun, saat itu kondisi saya sudah menikah. Kondisi pernikahan yang tidak baik-baik saja sangat memengaruhi kegiatan bisnis yang saya jalankan. Performa saya turun drastis, sampai mempengaruhi performa bisnis saya. Hingga pada bulan April 2019, saya harus mengakhiri pernikahan yang baru seumur jagung. saya harus menutup bisnis tersebut dengan menanggung kerugian sebesar Rp. 53 juta. Saya pasrah.
Tahun itu adalah tahun terberat yang pernah saya jalani. Semua impian, harapan-harapan, rencana-rencana hidup yang sudah kami susun berdua, ambruk seketika. Saya nanar, kehilangan semua pegangan. Menjalani hari-hari rasanya sungguh berat. Terlalu banyak pertanyaan, kesakitan, kesedihan, dan kebingungan yang saya rasakan.
Berbulan-bulan saya hidup dengan linglung. Namun saya masih sadar sayaharus tetap bertahan. Hingga pada akhir tahun 2019, saya berkenalan dengan seorang teman yang berasal dari india, bernama Ahmad. Mengetahui kegiatan saya yang banyak berkecimpung di dunia bisnis, terutama online marketing, Ahmad menawari saya untuk bekerjasama impor sebuah produk dari india, yang disebut dengan Ayurvedic tooth powder. Aturvedic tooth powder adalah semacam serbuk untuk gigi sering digunakan oleh orang India untuk merawat kesehatan gigi dan mulutnya, sampai bisa juga digunakan untuk mengobati sakit gigi dan masalah gigi dan mulut lain.
“Menarik” pikir saya. “Nanti saya riset market dulu.” Kata saya kepada Ahmad.
Tidak menunggu lama, saya langsung melakukan riset produk dan market. Ternyata produk ini terbuat dari berbagai campuran tanaman herbal dan rempah-rempah.
Lalu saya berpikir;
“Hey, Indonesia juga punya banyak rempah-rempah dan tanaman herbal, kenapa saya harus mengimpor produk ini dari negara lain? Lebih baik saya buat saja sendiri. Manfaat secara ekonomi dan sosialnya akan lebih banyak.” Pikir saya.
Sejak saat itu, saya seperti menemukan kembali semangat hidup. Saya mulai bangkit. Dan saya memulainya dengan banyak belajar. Saya mempelajari tentang rempah-rempah dan bahan alami lain yang sudah terbukti secara empiris bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Berbekal kemampuan marketing dan intuisi bisnis yang sudah cukup banyak saya asah, dan modal Rp. 5 juta yang saya dapatkan dari hasil menjual laptop yang saya punya, saya membuat TOOTHLY: Ayurvedic teeth whitening powder. Sebuah brand teeth whitening dari campuran activated charcoal dan rempah.
Saya melakukan semua persiapan. Mulai dari membuat logo, desain kemasan, membeli kemasan produk, dan sisanya sayagunakan untuk membayar endorsement beberapa micro-influencer. Setelah semua siap, saya produksi 20 pcs produk. Bulan Juli 2020, saya pun mulai berjualan. Tidak disangka, respon pasar sangat baik.
Tahun berikutnya, Toothly lolos sebagai tenant Inkubasi bisnis IPB. Dari situ saya mendapatkan kesempatan mengikuti berbagai workshop bisnis untuk belajar. Berbekal dari ilmu yang kami dapatkan, kami merebranding produk, yang tadinya Ayurvedic teeth whitening powder, menjadi natural oral care, atau produk perawatan gigi alami.
Dengan rebranding produk, kami berharap Toothly dapat membantu konsumen yang ingin merawat gigi dan mulut secara alami dan aman, tanpa bahan sintetis toksik dan berbahaya. Kami juga mengusung nilai sustainable, eco-friendly, dimana Toothly tidak menggunakan plastik sebagai kemasannya, namun menggunakan kemasan kaca yang bisa digunakan kembali (re-use) ataupun didaur ulang (recycle). Selain itu, kami juga mengusung clear tracebility, dan fair trade untuk kesejahteraan petani-petani yang bekerjasama dengan kami.
Kedepan pengembangan produk kami akan semakin banyak. Kami akan mengembangkan produk perawatan gigi dan mulut alami secara menyeluruh. Kami akan mengembangkan pasta gigi alami, tablet gigi, obat kumur alami, sikat gigi bambu yang ramah lingkungan, hingga dental floss.
Jujur saja, saat ini kami belum bisa memaksimalkan kegiatan promosi dan marketing karena produk kami masih skala kecil dan belum mempunyai nomor BPOM. Konsumen yang datang saat ini masih terbatas dari pelanggan lama, word of mouth dan testimoni dari pelanggan-pelanggan sebelumnya.
Melalui Sispreneur, Saya berharap untuk mendapatkan tambahan permodalan untuk pengembangan produk, notifikasi BPOM, dan biaya marketing.
Saya bukanlah orang yang senang mengejar materi. Dengan semua keterbatasan yang ada, saya merasa bisnis ini sudah cukup jika hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup saya dan keluarga. Namun saya piker, saya harus mengembangkan bisnis ini dan membuatnya menjadi besar. Karena saya sadar jika bisnis ini berkembang, akan lebih banyak manfaat yang bisa saya berikan kepada orang lain.
Melalui bisnis ini, ada empat hal yang ingin saya capai: 1. Menciptakan banyak lapangan pekerjaan, 2. Membantu kestabilan harga rempah dengan tujuan untuk kesejahteraan petani, 3. Membantu orang lain untuk merawat kesehatan gigi dan mulut mereka dengan produk alami, tanpa kimia sintetis yang banyak merugikan tubuh. 4. Mulai menyadarkan orang lain, khususnya konsumen mengenai pentingnya menggunakan priduk yang ramah lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab kita untuk generasi di masa depan.
Semakin hari, semakin saya sadar, dalam bisnis modal paling utama yang dibutuhkan bukanlah uang, tapi kemauan untuk terus meningkatkan kapasitas diri dengan tidak pernah berhenti belajar. Perjalanan masih sangat panjang. Saya akan terus berjuang.