Sedari kecil, saya menyukai donat, yang banyak di jual di warung dekat rumah. Lupa kapan waktunya, ada saudara datang dengan membawa sekotak donat. Rasanya enak, lembut, toppingannya pun beragam. Meski begitu, aku tetap suka donat yang dijual di warung-warung karena udah ada rasa buttercream seres, cokelat seres, cokelat kacang dan lainnya.
Setelah beranjak dewasa sempat kepikiran kenapa kalau mau makan donat enak harus ke luar kota? Kenapa nggak ada di kota sendiri? Kenapa nggak ada yang bikin donat yang enak? Kenapa ... kenapa ... kenapa ....
Ternyata pertanyaan-pertanyaan itu terjawab di tahun 2017. Kalau nggak ada, kenapa nggak mulai bikinnya? Akhirnya mulai bikin donat pertama yang bentuknya ajaib dan acakadut. Pertama bikin donat, saya ngandelin tepung premix donat yang dijual di supermarket. Hanya tinggal menambahkan ragi, susu cair dan margarin, akhirnya donat pertamaku jadi. Jangan harap hasilnya keren, karena pada waktu itu belum tau ilmunya, jadi cukup sampai di tahap lumayanlah rasanya. Nah hasil bikinan itu saya bawa ke sekolah tempat mengajar. Kata uni --sebutan untuk salah satu rekan-- enak (mungkin terpaksa) tapi toppingan kacang bikinan saya terlalu kasar, sampai nyangkut di giginya. Sorenya sebagian donat lain saya bawa ke bimbingan belajar dimana saya juga salah satu staf pengajar. Kata Abang senior di situ, rasanya enak, sedikit latihan lagi udah bisa dijual. Beruntung punya teman-teman yang membesarkan hati di bikinan pertama.
Besoknya bikin, berakhir di tempat sampah karena rasanya jauh dari harapan. Akhirnya salah satu teman sosmed dari Bandung membagikan sedikit ilmu membuat donat yang baik. Dari situ aku coba belajar sedikit demi sedikit. Donat bikinan saya mulai membaik --sedikit-- dari sebelumnya
Untuk pemasaran saya nggak pusing-pusing, ada banyak tetangga dan rekan kerja yang membantu melariskan. Tapi karena mereka membelinya nggak setiap hari ada beberapa tawaran untuk dititipin ke sekolah-sekolah. Sempat dipasarkan di SMP Negeri 7, SD Permata Hati, SD Qurrata Ayyun dan SMA Permata Hati. Pelan-pelan akun pribadi kujadikan lapak jualan. Di sana mulailah postingan dagangan meramaikan timeline. Dengan kemampuan poto alakadarnya, satu demi satu pelanggan mulai datang.
Di awal berjualan, list pertemanan fb cuma 300-an pelan-pelan bertambah hingga sekarang ada 5000 teman dan 11.000 pengikut. Kalau dulu masih rajin ngirim request pertemanan tapi sekarang udah nggak bisa karena aplikasi biru ini membatasi jumlah pertemanan.
Nah di awal kan nggak langsung bikin adonan banyak, tapi hari ini diiklani, besok baru dibikin. Ini saya lakukan untuk meminimalisir kerugian kalau ada barang yang nggak laku. Kadang laku sekotak, dua kotak di lain hari berkotak-kotak. Untuk pengantaran masih dilakukan oleh suami. Jadi sepulang ngajar, beliau mengirimkan satu demi satu orderan.
Proses ini saya lakukan sambil mengajar, hingga pada suatu hari Allah ngasi cobaan sakit, dan akhirnya aku memilih untuk membesarkan usaha, resign dari pekerjaan. Selain alasan kesehatan juga bisa punya banyak waktu dengan anak-anak.
Pelan-pelan mulai banyak yang tau kalau saya berjualan roti dan donat. Pertemuan dengan salah satu pengusaha asal Siantar, banyak merubah dunia saya. Bertemu di salah satu hands on roti di kota tempat aku dibesarkan, hubungan kami berlanjut hingga sekarang. Dapat masukan yang baik, hingga beliau menyarankan untuk melakukan personal branding. Dengan uang yang seadanya saya mulai membuat logo untuk usaha ini. Nama 'Dek Ruby' pun akhirnya dipilih. Ini adalah panggilan untuk anak keempat saya.
Pelan-pelan usaha ini mulai merangkak. Yang tadinya dengan peralatan seadanya, --mikser rakitan, oven gas-- aku mulai membuat bermacam produk sambil seiring berjalannya waktu berusaha fokus ke yang mana produk yang banyak dicari.
Karena alasan kesehatan juga suami menyarankan untuk mencari satu karyawan untuk membantu proses produksi, dan satu orang untuk membantu beres-beres karena proses produksi sering terhenti kalau saya lagi sakit. Pelan-pelan aku mulai memakai jasa kurir untuk pengantaran yang nggak bisa di-handle suami. Saya merasa ilmu ini sangat kecil dibanding dan bertekad untuk menjadi lebih baik lagi.
Setelah beberapa lama berjualan via online, saya memutuskan untuk berjualan secara hybrid. Terkendala biaya saya nebeng jualan di tempat teman yang juga berjualan minuman. Dari sana usaha saya mulai dilirik oleh pemerintah setempat. Tawaran untuk buka stand pertama di salah satu acara festival kopi pun kuterima. Ini salah satu promosi yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak merk dek Ruby. Teman-teman dan pelanggan datang ke acara stand, pada saat ini karyawan udah empat orang. Enam bulan di sana, uangpun udah cukup akhirnya saya memutuskan menyewa sebuah kios sederhana yang harganya lumayan terjangkau. Hanya belasan juta saja.
Hari pertama jualan dari kios, banyak warga sekitar yang meremehkan. Bahkan ada yang terang-terangan bilang kalau orang-orang yang nyewa ruko itu sebelumnya banyak yang nggak berhasil. Sepi. Apalagi jualan saya cuma donat dan roti, harganya juga dibandingkan dengan dagangan sejenis lumayan menguras kantong. Tapi saat itu aku senyum aja, beda orang beda rezeki.
Saya uga merekrut karyawan baru karena di sini produksi sudah naik jadi 2-3x produksi saat di rumah. Selain dagangan sendiri aku juga mulai menggandeng produk dari teman-teman seperti cemilan, abon, bolen, dimsum, dan lainnya. Karena sukses itu enaknya kalau rame-rame.
Di tahun 2022 ini banyak hal yang patut kusyukuri. Mikser rakitan murah yang mengawali usaha, telah terganti dengan mikser spiral baik yang membuat kualitas produk jadi lebih baik. Oven gas murah, sudah mulai bisa kuganti dengan oven deck, yang hasil panggangan baik, dan merata. Cita-cita untuk membuka lapangan kerja juga tercapai, Alhamdulillah aku udah punya 11 karyawan wanita tamatan SMA yang tidak sanggup melanjutkan sekolah, dan sebagian anak yatim juga tulang punggung keluarga. Untuk yang berprestasi, ada keinginan untuk membantu mereka melanjutkan sekolahnya.
Untuk ke depannya saya berharap bisa mempunyai SOP yang baik untuk mengelola usaha kecil ini, selain itu saya juga harus punya keterampilan mengelola sumber daya manusia yang ada, mengatur keuangan, marketing lebih baik, dan pengembangan produk yang berkelanjutan. Dua tahun lagi, karyawan wanita yang beberapa ada yang putus sekolah bisa saya berdayakan lebih baik lagi dan bertambah 2x. Alat-alat yang sekarang ada juga harus bertambah satu demi satu, agar kualitas produk semakin baik dan melengkapi alat-alat produksi yang lebih baik lagi, memperkenalkan produk lokal supaya dikenal banyak orang, serta membahagiakan dan bisa membantu orang-orang di sekitar.
Saya mengikuti kompetisi w20 sispreneur program inkubasi UMKM perempuan untuk menambah pengalaman berkompetisi, memperoleh ilmu yang bisa bermanfaat untuk mengembangkan usaha, bertemu orang baru, relasi baru dan pastinya menambah wawasan, serta jadi ajang memperkenalkan produk donat isi selai durian yang merupakan produk unggulan kota kecil kami. Semoga saya berkesempatan untuk menjadi bagian dari acara ini.