#sisternet Halo Sisters !
Nama saya Vita Sari, saya seorang ibu dari 4 anak perempuan dengan semua usia, mulai dari abg hingga bayi, yang meskipun disibukkan dengan kegiatan rumah tangga hari hari juga tetap semangat untuk mengembangkan usaha dibidang fashion dan kriya dari bahan tenun, berupa tenun ikat dan songket dari Lombok. Usaha ini sangat jauh dari latar belakang pendidikan dan 12 tahun pengalaman kerja saya. Saya kuliah di jurusan akuntansi kemudian bekerja di sebagai konsultan pajak di Indonesia dan juga sempat merasakan menjadi konsultan pajak Internasional bergaji USD. Saat kembali ke Indonesia, dan hamil anak ke 3, saya mulai merasakan dilema untuk tetap bekerja di kantoran sebagai konsultan pajak, saya mulai berpikir untuk melanjutkan usaha yang sempat iseng iseng saya jalani sesaat setelah menikah.
Di tahun 2008, saat menikah, saya meminta ibu saya untuk mengenakan busana adat Lombok, selain saya pikir unik dan jarang ada pernikahan menggunakan adat lombok, saya juga teringat saudara saudara di Lombok yang bisa menenun jadi kain tenun yang akan saya pergunakan di pernikahan saya, saya ingin hasil tenunan dari saudara saudara. saya memilih warna dan motif sesuai dengan tema pernikahan yang saya inginkan. Dalam waktu singkat, tercipta hasil tenun yang kemudian saya pergunakan untuk menikah dan saya sangat puas dengan hasil tenun yang dibuat.
Dari sini timbul ide untuk iseng iseng berjualan tenun Lombok di Jakarta, dengan motif dan komposisi warna yang saya dan ibu saya desain. disela sela bekerja, saya sempatkan ikut pameran di mall yang ada di Jakarta. terutama pameran yang hanya di waktu weekend, jadi Jumat malam pulang bekerja saya loading barang, Sabtu minggu pameran dan jualan hanya dilakuan kalau mood aja, karena saya masih bekerja.
Singkat cerita, saat pameran di salah satu mall di Jakarta, saya bertemu dengan salah satu merchandiser dari dept. store di Jakarta, yang sangat tertarik dengan kain kain yang saya jual dan menawarkan untuk mengisi counter di outletnya. wah saya bahagia sekali, saya dan ibu saya langsung menghubungi penenun penenun yang ada lombok bahwa kami mendapat tawaran untuk pesanan yang akan berkelanjutan.
dari situlah kami mulai memasuki pasar ritel dengan omset yang sangat bagus, awal mula kami dari desa kampung ibu saya, kemudian berkembang menjadi 3 desa dengan penenun mencapai 50an orang, dan saat kembali ke Indonesia, saya merasa tidak sanggup melihat kemacetan Jakarta dan kembali menjadi commuter, sehingga saya pun memutuskan berhenti bekerja dan fokus di usaha ini.
Ternyata benar segala sesuatu yang dilakukan dengan fokus akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding hanya iseng iseng sambilan. setelah berhenti bekerja, saya fokus memperbesar usaha ini. saya mulai ikut bergabung dengan komunitas ukm, komunitas pengusaha perempuan dan komunitas lain untuk membuka jaringan, berkolaborasi dengan pejuang ukm lainnya juga membuka peluang usaha baru. yang kemudian membawa brand saya dalam 3 tahun bisa berada di beberapa dept. store premium di Jakarta.
Sebagai usaha yang fokus berjualan offline dan hanya di mall, pandemi sangat berdampak pada usaha saya. dengan tutupnya mall dan pembatasan kegiatan masyarakat, penjualan menurun hampir 99%, alias hari hari berlalu tanpa penjualan sama sekali. sementara kami sudah membuat stok yang banyak, modal mandek di stok yang tidak bisa dijual.
Selama pandemi usaha saya berada di kondisi hidup segan mati tak mau, mau tidak produksi bahan baku benang tenun sudah menumpuk, karena kalau tidak dipakai, menjadi lembab dan lapuk, sehingga kalau ditenun benang akan putus, mau produksi tapi penjualan lesu, modal pun bisa tidak berputar. Ditengah kebingungan, dan orang orang yang bekerja di rumah, saya berpikir bagaimana kalau saya membuat tenun yang ukurannya lebih kecil untuk mengirit bahan baku dan menekan harga produksi, produk yang kekinian dan disukai oleh pencinta tenun yang tidak bisa keluar rumah. saya kemudian menginovasi produk saya menjadi, produk produk tenun songket lombok home textile dengan ciri khas motif tenun yang kontemporer dan icon of the city seperti Monas sebagai icon Jakarta, yang dipergunakan sebagai sarung bantal kursi, table runner, place mat, bed runner. Selain juga memproduksi pouch tenun dari perca perca, dan masker kit seusai dengan tren new normal.
Cushions cover Songket Lombok Motif Burung Hantu
Cushions cover songket lombok motif Cinta
Cushion cover songket lombok motif icon negara Belanda, Bunga Tulip
Cushion Cover Songket Lombok Motif Monas Icon Kota Jakartagb
Produk spesial lebaran tahun 2022 saya berinovasi membuat sejadah songket lombok travelling dengan pouch dari anyaman pandan kolaborasi dengan ibu penenun dan penganyam pandan
Alhamdulillah inovasi produk home textile saya ini disukai pasar produk ini membawa saya menjadi binaan dari program binaan kementrian selama 1 tahun sebagai produk yang memiliki peluang untuk export . berbagai tawaran pameran luar negeri mulai diberikan untuk peserta program ini, yang terdekat adalah program TEI 2022 di bulan oktober, saya akan memperbaiki kualitas produk saya hingga bisa mendapatkan buyer internasional, dan juga meningkatkan branding usaha saya, membangun digital asset yang baik untuk brand dan produk saya hingga bisa go global.
Syukurlah di tahun 2022 ini tampak mulai tanda tanda pandemi akan berlalu, dan selama pandemi komunitas komunitas ukm banyak memberikan pendampingan dan pelatihan online, yang mendorong kami para ukm untuk mulai melek dan bergeser melakukan penjualan ke online. Dari komunitas ini lah saya kemudian mendapatkan informasi mengenai program Sispreneur dengan program inkubasi bisnis dengan hadiah modal usaha.
Ditahun ini, saya berencana untuk merealisasikan rencana pembukaan 2 outlet baru di mall di Jakarta dan membuat sample sample produk turunan masih dari kategori home textile untuk persiapan export. Tiap outlet membutuhkan kurang lebih 70-100 pcs stok produk, begitu juga dengan pembuatan sample home textile, tiap 1 set motif baru minimal dibuat sebanyak 8 buah, saya ingin membuat 5 hingga 10 motif baru. Selain itu saya juga ingin mencoba ads untuk mempromosikan produk saya secara online untuk memperluas pasar dan meningkatkan brand awareness usaha saya. Untuk kesemua rencana ini Saya perhitungkan kurang lebih membutuhkan modal 100 juta rupiah.
Saya tertarik mencoba mengikuti program inkubasi ini karena, saya merasa masih kurang dalam melakukan aktivasi digital dalam usaha saya. pemanfaatan teknologi digital belum terlalu saya maksimalkan, sehingga saya pangsa pasar yang saya jangkau masih terlalu sedikit. Selain itu modal usaha yang diberikan tentu sangat bermanfaat untuk menjalankan rencana usaha saya, pembukaan dua outlet baru ini sudah tertunda pembukaannya sejak tahun 2020 karena pandemi covid.
Selain itu event ini yang merupakan event yang bergengsi, yang saya yakin jika saya menjadi salah satu pemenangnya akan medapatkan exposure yang akan meningkatkan brand image usaha saya yang akan scale up business saya dan go global sebagai salah satu rencana jangka panjang usaha saya.