“Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka akan baiklah negara, dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negara.”
Demikian sebuah pepatah Arab mengatakan. Mengisyaratkan bahwa bahkan sejak sebelum zaman emansipasi ramai dibicarakan, sesungguhnya sejak dahulu posisi dan peran perempuan sudah menjadi sedemikin mulia dalam tatanan peradaban. Menjadi tiang, tonggak, penyangga, dan juga kunci utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Menjadi perempuan, berarti menjadi poros utama dalam keluarga, sebuah unit organisasi terkecil dalam tatanan bangsa. Perempuan, sesungguhnya memiliki kemampuan dan juga kekuatan untuk memberikan pengaruh besar pada anggota keluarga lainnya, yakni suami dan anak-anaknya.
Nama saya Melinda Nurimannisa, seorang perempuan, yang semenjak berusia 15 tahun memiliki sebuah impian yang mungkin terdengar klise dan utopia. Saya ingin sekali membantu dan berkontribusi demi terciptanya peradaban Indonesia yang lebih baik di masa depannya. Saya percaya, bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Potensinya berlimpah ruah, bahkan disebut sebagai “tanah surga” dalam sebuah lagu lama yang mahsyur di zaman dahulu. Semenjak menjuarai lomba karya tulis ilmiah dengan judul “Mengapa Indonesia Merana di Negeri Kaya” saat duduk di kelas 2 SMA, saya mencari dan terus mencari, kunci pengungkit utama yang bisa menjadi katalis perubahan bagi Indonesia.
Saya menjajaki berbagai bidang, membuka usaha di berbagai macam sektor. Mulai dari arsitektur, desain, fashion, dan social enterprise. Pada akhirnya hati saya tertambat pada sebuah jalan: bahwa untuk memperbaiki bangsa Indonesia, memperbaiki kualitas pendidikannya adalah kunci utama. Dan di antara semua sektor Pendidikan yang ada, memperkuat fase pendidikan anak usia dini dan juga memberdayakan para ibu sebagai madrasah utama serta tiang negara, adalah sebuah kunci utama yang akan banyak memberikan dampak bagi kualitas peradaban bangsa.
Keyakinan inilah yang kemudian menggerakkan saya untuk membangun Alkindi Eduprise (Instagram: @alkindikids) pada tahun 2013. Dimulai dari membuka daycare dan preschool pada rentang 2013-2019, serta memulai industri kreatif berupa produksi mainan dan buku anak sejak tahun 2015.
Pada tahun 2020, pandemi menyapa Indonesia. Menjadikan seluruh sektor industry terpuruk, termasuk usaha kami. Permintaan buku dan mainan anak menurun drastis. Semua keluarga memilih untuk mengurangi konsumsi sekunder dan primer, serta lebih fokus ke pemenuhan kebutuhan primer serta kesehatan keluarga. Namun kami percaya, bahwa sesungguhnya di balik setiap permasalahan terdapat kesempatan. Maka, kami mulai menjajaki peluang baru yang muncul saat pandemi: sekolah online,
Ternyata, tatkala sekolah formal tak lagi bisa berfungsi maksimal sebagai pemenuh kebutuhan Pendidikan untuk anak usia dini selama pandemi, banyak orang tua mulai khawatir akan perkembangan dan tumbuh kembang Ananda, jika tetap harus diam di rumah tanpa stimulasi. Berbekal pengalaman membangun sekolah offline selama enam tahun, akhirnya kami melakukan inovasi dan transformasi. Mengubah kurikulum dari format klasikal seperti sekolah offline pada umumnya, menjadi lebih sederhana dan bisa diterapkan dengan mudah di rumah masing-masing oleh ibunda. Dengan tagar #ibukuguruku, kami ingin memberdayakan para ibu untuk mampu mengambil kembali peranan utamanya sebagai Ibunda: menjadi madrasah pertama.
Program yang diberi judul Alkindi Online Preschool ini ternyata mendapat antusiasme yang tinggi di masyarakat. Batch pertama yang kami buka, 100 kuota siswa habis hanya dalam dua jam saja. Batch kedua, 500 kuota siswa habis pada 60 menit pertama. Batch ketiga, 700 kuota siswa habis dalam 7 menit pertama. Program ini juga berhasil membuat kami mencatatkan asset perusahaan yang berkembang 10 kali lipat daripada sebelumnya, dan mendapatkan Paragon Innovation Award pada tahun 2021. Meski pandemi sudah hamper berakhir, ternyata program ini juga masih menarik minat para orangtua, sehingga pada pembukaan Batch 4, kami mencatatkan rekor peserta terbanyak, yakni 936 siswa.
Melihat fenomena ini kami menjadi menyadari, bahwasanya kebutuhan ide dan kurikulum stimulasi harian untuk Ananda usia dini di rumah, sesungguhnya menjadi daily problem ibu-ibu masa kini. Maka, kami pun menjadikan momentum pandemi ini untuk memantapkan Langkah dalam melakukan scale up. Sejak awal 2022 ini, kami mulai menggunakan teknologi berbasis web-apps, sebagai LMS (Learning Management System) untuk setiap peserta. Menggunakan LMS ini, setiap ibu yang menjadi peserta bisa memiliki portofolio belajar Ananda secara otomatis. Sehingga, diharapkan ibu-ibu menjadi semakin semangat dan termotivasi untuk menjadi guru terbaik bagi Anak-anak di rumah.
Dalam 1-2 tahun ke depan, kami berencana ingin membawa Alkindi Online Preschool ke tahapan selanjutnya, yakni menjadi start-up berbasis teknologi. Kami ingin menyentuh lebih banyak lagi orangtua dan juga anak usia dini di Indonesia, sehingga bisa tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, mampu memaksimalkan potensinya, dan juga mencintai ilmu dan belajar sebagai bagian dari kualitas pribadinya. Target kami, kami ingin bisa menyentuh setidaknya 10% dari populasi anak Indonesia, yakni sekitar 8 juta orang pada tahun 2026.
Kami menyadari, bahwa ilmu dan pengetahuan kami untuk melakukan scale up ke level berikutnya masih jauh dari kata cukup. Karena itulah, kami mendaftar program W20 ini untuk membantu kami menambah ilmu dan jejaring untuk mewujudkan impian kami. Selain itu, menilik betapa ternyata program yang kami inisiasi telah membantu kehidupan banyak ibu dan keluarga di Indonesia menjadi lebih baik, kami ingin menyuarakan program kami kepada khalayak dan masyarakat yang lebih luas lagi (Cek https://bit.ly/testimoniAOP untuk melihat beberapa testimoni akan program kami). Kami berharap, kami bisa membantu lebih banyak perempuan Indonesia untuk menjadi berdaya, dan mampu menjadi guru terbaik bagi anak masing-masing di rumahnya. Sehingga kelak, di masa depan, Indonesia yang lebih baik dan Berjaya, bukanlah sekedar utopia belaka.