Hai Para Wanita Tangguh,
Tak ada yang tidak mungkin jika kita selalu yakin, bekerja keras dan senantiasa mengandalkan Tuhan. Saya Purwanti Wilujeng, ibu dari 3 orang putra, menekuni bisnis kuliner, giat berorganisasi sosial kemasyarakatan, dan memiliki concern pada pengembangan umkm. Selain sebagai womanpreneur, saya aktif berorganisasi di lingkup RT RW, aktif sebagai pengurus di Gereja, menjadi aktivis di beberapa komunitas pelaku usaha di Tangerang Selatan dan Banten serta menjadi relawan Garda Transfumi Kemenkop Tahun 2021, yang bertugas membantu para umkm untuk mendapatkan legalitas dasar bagi usahanya secara free.
Bisnis kuliner saya berawal tahun 2002 ketika putra sulung saya berusia 1 tahun. Saat itu saya berfikir untuk tetap dapat berkarya dari rumah, agar bisa tetap merawat dan mendampingi si kecil namun tetap menghasilkan. Karena sejak remaja saya sudah terbiasa membantu ibu yang juga memiliki usaha kuliner, maka saya mencoba memulai bisnis ini from Zero dengan bermodal menyisihkan uang belanja dari suami untuk membeli rantang dan belanja bahan pokok. Mulai dari mencoba menu menu dari resep warisan ibu, dan mencoba resep dari majalah kala itu. Pilihan saya jatuh pada catering harian atau rantangan, dengan pertimbangan bisa sekaligus untuk konsumsi di rumah, nebeng makan singkatnya, hehe. Brand DW Catering saya pilih dari inisial nama putra sulung saya.
Logo saya desain hanya dari huruf yang ada di komputer. Saya membuat brosur sederhana sendiri, difotokopi lalu saya sebarkan dari rumah ke rumah di sekitar tempat tinggal saya. Awalnya tetangga terdekat yang memesan, dan saya antar sendiri menggunakan motor atau jalan kaki. All by my self intinya.
Waktu berlalu, dari mulut ke mulut ternyata banyak yang cocok dengan masakan dan service catering saya. Hingga akhirnya saya dibantu adik, dan menggaji karyawan. Pasar saya meluas hingga Jabodetabek dan mulai melayani prasmanan, tumpeng, nasi kotak maupun kebutuhan catering karyawan kantor. Gambar di bawah adalah proyek prasmanan saya yang pertama. Waiter yang membantu salah satunya adalah security kompleks yang biasa membantu saya antar jemput anak anak sekolah..haha.. yang wanita rekan kerja adik saya di hotel, dan satu lagi office boy kantor dimana suami saya bekerja.
Tahun 2016, dipicu oleh keinginan membuka lapangan usaha untuk keluarga di daerah yang sedang tidak bekerja, saya memberanikan diri membuka Kedai Cwie Mie Malang dengan Brand Dapoer Cwie Mie Malang. Bermodal nekad meminjam tabungan anak-anak, dan dukungan penuh dari suami,saya menyewa ruko selama 2 tahun untuk usaha ini.
Dan disinilah awal tantangan besar dalam bisnis saya. Ketika menginjak bulan ketiga saudara saya memutuskan untuk kembali ke daerah , saya pun akhirnya harus turun tangan meneruskan kedai di sisa masa kontrak dengan bantuan 2 orang karyawan. Fokus saya pada catering di rumah menjadi tersita, pun waktu untuk ketiga putra saya yang masih amat butuh perhatian kala itu. Si sulung akan menempuh ujian kelulusan SMP, dan si bungsu masih TK. Tenaga dan waktu saya tercurah habis untuk mempertahankan bisnis cwie mie saya, dan berbagai pengalaman pahit yang menyertainya. Rasa perih karena merasa ditinggalkan, merasa berjuang seorang diri, lelah membagi waktu ,sempat hampir membuatsaya putus asa. Tapi saya adalah seorang pekerja keras. Semua kenyataan pahit, kegagalan dan kendala yang ada tak sedikitpun membuat saya berfikir untuk mengakhiri bisnis ini.
Di tahun 2019 saya memutuskan untuk tidak meneruskan membuka kedai , tapi melanjutkan berjualan dari rumah melalui gofood. Dengan tekad bulat sebagian pealatan dan perabot kedai saya jual, sebagian saya berikan pada tempat yang membutuhkan.
Di tahun inilah titik balik bisnis saya dimulai. Semua saya kendalikan lagi dari rumah. Saya kembali konsentrasi pada bisnis catering saya, dan cwie mie tetap berjalan secara online, yang ternyata jauh lebih menghasilkan karena banyak biaya terpangkas. Melalui Tagline catering Melayani Dengan Hati saya berusaha menjalankan dan memberikan servis kepada para pelanggan dengan pendekatan pribadi, customize dan dengan sepenuh hati.
Keinginan untuk menebus masa masa pahit menggerakan saya untuk benar-benar serius membesarkan usaha kuliner saya. Saya mulai mencari info jejaring untuk scale up bisnis , bergabung pada komunitas umkm, mengikuti berbagai pelatihan offline maupun online. Saya akhirnya memiliki ijin usaha, mendapatkan kesempatan baik diberi fasilitas Sertifikasi Halal Gratis dari dinas. Pelanggan catering maupun cwie mie malang saya semakin bertambah pelanggan dan meluas. Dikarenakan belum memiliki dapur terpisah dari rumah, maka belum memungkinkan menambah karyawan dengan jumlah besar, sehingga kebutuhan untuk memenuhi permintaan catering saya siasati dengan berkolaborasi dengan mengambil produk teman-teman sesama umkm yang sudah saya seleksi agar memiliki standar yang sama. Pelanggan tetap dapat terlayani, teman-teman juga happy.
Di tahun ke 20 bisnis saya berjalan, saya memiliki mimpi besar untuk dapat membesarkan Catering dan membuka kembali kedai cwie mie malang yang sudah semakin banyak pelanggannya, serta mencoba menuju pasar ekspor dengan produk baru Serundeng Ayam Suir. Untuk itulah saya mencoba mengikuti Program Inkubasi Bisnis W20 Sispreneur dari #sisternet ini dengan harapan dapat membantu mewujudkan impian tersebut. Target saya dapat membuka Dapur catering terpisah dari rumah agar tawaran-tawaran catering besar banyak yang dapat saya ambil, dan makin banyak membuka lapangan perkerjaan khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga yang menjadi tulang punggung keluarga. Saya juga berkeinginan membuka outlet cwie mie malang dan ayam bakar, karena dua menu tersebut adalah best seller dan banyak sekali permintaan dari pelanggan agar saya membuka outlet.
Target anggaran modal yang diperlukan untuk dapat merealisasikan mimpi tersebut sebagai berikut:
1. Biaya sewa tempat untuk dapur selama 2 tahun Rp 70.000.000
2. Biaya penambahan peralatan untuk dapur Rp 50.000.000
3. Biaya buka outlet Rp 70.000.000
4. Biaya peralatan dan promosi outlet Rp 20.000.000
Dengan penambahan investasi modal terebut, semoga banyaknya penawaran kerjasama dapat diterima, sehingga meningkatkan omzet dengan signifikan, menambah lapangan kerja.
Concern saya mengutamakan ibu-ibu rumah tangga yang membutuhkan penghasilan adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan agar program ini dapat berpihak pada bisnis saya. Wanita sebagai tulang punggung keluarga adalah sebuah aset yang penting untuk disejahterakan demi sejahteranya generasi masa depan yang sedang diperjuangkannya.
Putra sulung saya ternyata juga menaruh minat yang sama dan menempuh kuliah perhotelan dan pariwisata. Hal itu menambah keyakinan saya bahwa bisnis kuliner saya harus bisa menjadi bisnis keluarga yang berkelanjutan. Saya berkeyakinan , semakin besar usaha saya dan hasil yang didapatkan, akan semakin banyak ibu rumah tangga dan orang membutuhkan yang dapat dibantu. Sayapun dapat lebih banyak bergerak membantu para pelaku usaha yang lain untuk bergerak naik kelas dengan sedikit pengalaman yang saya miliki. Karena sejatinya, ilmu, rejeki dan kebahagiaan itu adalah titipan Tuhan, yang harus dibagikan kepada yang membutuhkan. Karena saat jiwa kita telah berpisah dari raga, bukan segala titipan tuhan yang akan kita bawa, melainkan doa-doa dari orang-orang yang mengasihi kita sebagai bekal menuju surga.
Sebagai seorang Istri, ibu dari ketiga putra, saya merasa begitu bersyukur dianugerahi Tuhan seorang suami yang amat mendukung segala hal yang saya lakukan. Begitu juga dengan ketiga anak saya yang tak pernah merasa malu dan enggan membantu ibunya saat diperlukan, yang bagi sebagian anak mungkin amat risih dan tabu untuk dilakukan. Menjadi garda terdepan sekaligus penjaga paling akhir, merupakan bentuk cinta dari keempat jagoan yang saya miliki, anugerah dari sang pencipta.
REJEKI ITU BUKAN HANYA BERUPA MATERI. DICINTAI OLEH PRIBADI PRIBADI BERHATI EMAS, DAN KESEMPATAN-KESEMPATAN BAIK YANG DATANG SILIH BERGANTI, ADALAH BENTUK REJEKI INDAH DARI TUHAN