Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Wiwik Puntorini saat ini berusia 43 tahun. Tinggal di Kota Bogor yang asri dengan rimbun tanaman dan taman Kota yang indah,terbesar dan terlengkap ketiga di dunia untuk biodiversitas dan keanekaragaman hayatinya. Saya, juga ibu dari 4 orang anak (1 anak kandung dan 3 anak tiri) yang tinggal bersama-sama sejak anak sulung saya berusia 14 tahun. Banyak yang bertanya-tanya saya seorang single, muda dan meski gak cantik untuk ukuran perempuan saat itu lumayanlah, dan mengapa mau menikah dengan duda cerai hidup dengan anak-anak yang masih kecil 3 orang. Dan saat itu selisih umur saya dengan suami saya 17 tahun. Selisih umur yang cukup jauh dan perlu kesiapan mental jasmani dan rohani menikah dengan duda dan langsung dapat bonus 3 orang anak. Ohya, sekilas tentang suami saya, namanya Arif Novantadi beliau kelahiran 1962, berprofesi sebagai wartawan olahraga dan ekonomi di Jawa Pos Group. Dan memutuskan pensiun dini dan berhijrah ke Bogor untuk memulai hidup baru sebagai entrepreneur bersama saya.
Keputusan saya menikah dengan seorang duda saat itu karena rasa iba saja melihat suami saya setiap ke kantor membawa anaknya yang paling kecil dan satu orang asisten rumah tangga. Saat itu saya menjadi karyawan magang juga di perusahaan yang sama dengan tempat suami saya bekerja. Saya melihat terkadang asisten rumah tangga yang mengasuh anak suami saya kewalahan karena rewel. Dan saya melihat suami saya saat itu sambil bekerja terkadang menggendong anaknya. Rasa trenyuh saya timbul dan sesekali saya coba untuk mengajak anaknya bermain dan kebetulan saya juga suka dengan anak kecil. Lambat laun anak suami saya jadi dekat dengan saya. Dan tiba-tiba suami saya saat itu menyampaikan keinginannya bahwa dia berharap saya bisa “menjadi ibu dari anak-anaknya”. Wow, kaget dan shock karena saat itu saya juga sudah punya seseorang yang dekat tapi belum serius yah bisa disebut pacaranlah. Singkat cerita karena rasa iba akhirnya saya menikah dengan suami saya itu. Dan kita memutuskan berhijrah dari Surabaya ke Bogor.
Awal mula di Bogor saya bekerja sebagai guru di sekolah swasta dan suami saya merintis usaha minuman pala. Kenapa memilih minuman pala? Karena Kota Bogor identik dengan pala dan talas. Bukan tanpa sebab memutuskan memilih pala sebagai komoditas utama usaha kami. Karena saat awal pindah ke Bogor mencicip manisan pala koq enak. Mulailah saya dan suami mencari sumber tanaman pala di kota ini. Akhirnya kita menemukan betapa melimpahnya buah pala di sekitar wilayah Bogor. Yang ternyata buah tersebut yang diambil hanya bijinya saja. Memang salah satu alasan kita dijajah oleh Belanda juga karena kita memiliki rempah-rempah salah satunya pala yang nilainya sangat tinggi saat itu jika dijual di luar negeri. Ketika melihat buah pala yang diambil hanya biji dan fuli (lapisan antara daging dan buah yang berwarna merah bisaanya disuling untuk minyak atsiri) maka kita terpikir kira-kira apa ya yang bisa dimanfaatkan dari daging buah pala tersebut supaya mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi bagi petani dan masyarakat sekitar. Setelah mencari literature dari berbagai sumber akhirnya kita menemukan formula minuman sehat dan bermanfaat dari daging buah pala yang kita beri nama “PALABOO” yang merupakan akronim dari PALA (buah pala) dan BOO (singkatan dalam penyebutan Kota Bogor sejak zaman dahulu).
Akhirnya produk minuman sehat dan bermanfaat yang menggunakan “limbah” buah pala bisa diterima masyarakat. Kita mulai melengkapi produk tersebut secara legalitas dan sudah mendaftarkan paten merk di Kemenkumham RI. Seiring berjalannya waktu kita mulai ikut bazar satu ke bazar lainnya dan juga pernah beberapa kali ikut pameran skala cukup besar di JCC. Rasanya pencapaian ini terbayarkan karena dibalik munculnya produk PalaBoo ini saya dan suami bahu membahu merintis usaha dari nol. Nawar-nawari dagangan minuman pala dan ditolak di sana sini. Tapi ini semua akhirnya terbayarkan karena saat ini masyarakat khususnya Bogor sudah kenal dengan minuman PalaBoo. Dan titik pencapaian yang akan saya ingat adalah pada tanggal 12 Februari 2018 kita melaunching “Kampung Pala” yang berlokasi di kampong tempat tinggal saya saat ini di daerah Loji, Kota Bogor. Saat launching ini kita mengundang Walikota Bogor Bima Arya. Kampung Pala ini adalah murni perwujudan kami berdua atas rasa syukur atas produk minuman PalaBoo yang sudah bisa diterima masyarakat dan bisa menghidupi kami serta beberapa karyawan serta masyarakat sekitar. Kampung pala ini sebagai perwujudan rasa terima kasih serta keprihatinan karena saat ini pohon pala sudah mulai berkurang sehingga kita punya rasa tanggungjawab untuk melestarikan supaya tidak punah.
Kegiatan yang utama dari launching Kampung Pala ini adalah penyerahan dan penanaman 1000 bibit pohon pala dari kami ke masyarakat secara gratis. Seremonial kegiatan ini langsung disaksikan oleh Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto (bisa digoogle ya terkait kampung pala). Seiring berjalannya waktu kami bahu membahu membesarkan PalaBoo, sebelum akhirnya ujian itu datang kepada kami. Tahun 2019 suami saya divonis menderita sakit jantung dan ginjal. Dari sini konsentrasi kami terpecah dan saya juga mengundurkan diri dari mengajar supaya bisa urus suami, anak dan PalaBoo. Kita sudah ikhtiar kemana mana untuk kesembuhan suami saya, tapi Allah berkendak lain setahun yang lalu tepat tanggal 16 Juli 2021 suami saya meninggal karena COVID KOMORBID. Rasanaya dunia ini seperti runtuh karena saat suami diisolasi di RS kami sekeluargapun terkena COVID tapi isolasi mandiri di rumah. Sampai akhirnya kami sekeluarga pun hanya bisa menyaksikan pemakaman almarhum suami saya melalui Video Call.
Hancur, depresi dan tertekan banget rasanya untuk melanjutkan hidup. Tapi saat melihat anak-anak saya hati saya berkata saya harus bangkit, saya harus bisa merenda masa depan bersama anak-anak saya. Suami saya pasti bangga jika saya bisa kuat dan tegar menjalani kehidupan ke depan. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada saya mulai bangkit. Pada bulan November 2021 saya mencoba berinovasi menciptakan produk dan saya kompetisikan di tingkat Kota Bogor. Dan, Alhamdulillah saya menang sebagai juara 1 kategori Masyarakat Umum. Lomba tersebut adalah KRIBO (Kreasi dan Inovasi Urang Bogor) yang mengadakan adalah Bappeda Kota Bogor. Disitu saya dipertemukan kembali dengan Walikota Bogor karena beliau yang menyerahkan langsung pialanya. Setelah dulu beliau yang menyaksikan launching Kampung Pala saat itu beliau pula yang memberikan piala kejuaaran. Ohya, produk inovasi yang saya kompetisikan ini juga produk yang bernilai ekonomis tinggi karena berasal dari limbah air kelapa yang ada di pasar, saya olah sedemikian rupa menjadi pengawet alami untuk ayam, ikan daging dan tahu. Ya, produk saya ini pengawet alami yang berasal dari air kelapa sebagai pengganti formalin yang saya beri merk “COCOVINE” (Coconout vinegar) atau cuka air kelapa sebagai pengawet alami pengganti formalin yang aman dan ramah lingkungan. Kedua produk saya ini semua sudah paten dan mempunyai legalitas sehingga saya bisa menjalankan usaha dengan tenang dan sesuai prosedur.
Poinnya, adalah ketika kita terjatuh dan bisa bangkit lagi itu adalah anugerah yang luar biasa. Sehingga bisa terus berkreasi dan berinovasi tanpa ada kendala batasan umur dan status sebagai ibu rumah tangga terlebih single parent. Karena semua itu bisa jalani jika kita ada tekad dan kemauan yang kuat. Terlebih dorongan untuk terus mendampingi dan mebesarkan anak-anak hingga kelak mereka sukses. Serta melanjutkan cita-cita perjuangan usaha almarhum suami saya. Semangat untuk para perempuan –perempuan mandiri tonggak ekonomi keluarga.