Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk semua..
Perkenalkan nama ku Uchy Sudhanto, ibu dari dua orang putri, saat ini usia ku menjelang 36 tahun. Izinkan aku berbagi pengalaman ya.. Semoga bisa membawa manfaat.. :)
Pada tahun 2016 aku hamil anak pertama. Saat itu status ku adalah karyawan tetap di sebuah perusahaan swasta di gedung perkantoran yang cukup elit. Terdengar nyaman bukan? Namun aku mengambil keputusan luar biasa, dengan tekad kuat aku memutuskan resign saat menjelang kelahiran anak pertama.
Keputusan ini bukan tanpa alasan. Background ku yang tumbuh sebagai anak yang besar dengan ART menjadi pemicunya. Aku ingin mendampingi putriku sedari dia lahir. Ingin mengiringi langkahnya dan tumbuh bersamanya. Aku tidak mau putri ku kehilangan sosok ibu seperti yang aku rasakan.
Hari-hari awal ku jalani dengan putri mungil ku. Banyak pelajaran sebagai ibu baru yang harus ku jalani. Tapi ternyata semua itu tidak cukup. Ada pengorbanan besar dengan resign-nya diriku yaitu finansial keluarga. Yang tadinya setiap bulan ada pemasukan untuk menyelesaikan tagihan-tagihan, akhirnya semua berantakan. Bukan tidak bersyukur dengan yang suami beri, namun tak bisa menutup mata juga bahwa kondisi keuangan kami mengalami krisis besar.
Akhirnya aku mengambil keputusan lain, aku tidak bisa diam saja dengan kondisi ini. Mulai dari memonetisasi blog sampai berjualan pernak pernik namun tetap tidak bisa mengganti pemasukan ku sebelumnya. Hingga akhirnya di tahun 2017 aku hampir putus asa, di usia putri ku 8 bulan, aku mencoba berjualan makanan favorit ku dan suami, yaitu Gyoza dengan brand Lilo Says Factory. Camilan sejenis dimsum khas Jepang.
Kenapa makanan Jepang? Karena memang sedari kecil aku terbiasa dengan makanan Jepang dan sangat menyukainya. Setelah belajar membuatnya, riset cara masak, dan mencari referensi toko Gyoza asli Jepang via Youtube, akhirnya pertama kali mengenalkan Gyoza buatan ku ke sahabat-sahabat terdekat. Alhamdulillah respon mereka sangat baik. Memberikan masukan apa saja yang harus diperbaiki dan dipertahankan. Akhirnya setelah mantap, memberanikan diri menerima pesanan dengan sistem Pre Order.
Kenapa sistemnya PO? Karena jujur saja kami, aku dan suami, tidak punya modal sama sekali untuk produksi. Alhamdulillah mendapatkan kepercayaan luar biasa dari teman-teman kami. Dengan sistem PO, mereka mengamanahkan uang pesanan mereka terlebih dahulu kemudian aku buatkan. InsyaAllah sistem ini pun diperbolehkan dalam agama kami, yaitu Islam, sehingga kami memakainya.
Namun bukan usaha namanya kalau tidak ada pelajaran. Saat pertama kali buka PO, kami pun masih "kaget" sehingga terjadi kesalahan dalam memasukkan bahan dan berakhir dengan adonan rusak dan tidak layak konsumsi. Sudah tentu harus mengalami kerugian. Apalagi tidak mempunyai alat mumpuni saat itu bahkan daging ayam 5kg pun aku cincang manual dengan tangan. Sedih luar biasa karena capek secara fisik dan rugi secara materi..
Lalu lantas apa kami menyerah? Tentu tidak.. Dalam hitungan jam aku harus berpikir cepat, mencari kesana kemari pinjaman uang untuk mengganti bahan yang rusak lalu lanjut membuat gyoza baru. Alhamdulillah dengan segala drama bisa terkirim tepat waktu dan diterima dengan sangat baik, bahkan sudah ada yang langsung repeat order lho..
Saat itu pemasaran hanya mengandalkan kuota hp alias online. Instagram sedang hits, status WA dan marketplace baru mulai berkembang. Di situlah aku memasarkan Gyoza ku. Tantangan lainnya saat itu adalah mengatur waktu dengan jam si kecil. Saat terbaik mengerjakan semua adalah saat ia tidur. Jadilah setiap malam begadang mengerjakan pesanan, pagi mengurus si kecil dan pekerjaan rumah. Lelah? Sudah tentu.. Tapi semua demi keluarga.
Alhamdulillah pesanan semakin hari semakin banyak. Bahkan kami bisa mencicil beli peralatan masak seperti wajan, panci dan wadah chopper untuk menggiling daging ayam. Kami bahkan memberanikan diri ikut bazaar minggu di salah satu perumahan di Sawangan, Depok. Dengan modal dan peralatan seadanya, si kecil selalu ikut kemana pun kami pergi. Bangun subuh untuk persiapan dan ikut berjualan sampai jam 10 pagi. Rasanya ini akan jadi kenangan manis saat ia dewasa kelak.. :)
Setahun pertama semua tantangan rasanya luar biasa. Bagaimana menyempurnakan resep, cara memasak sampai management waktu. Hingga akhirnya kami diberi kepercayaan langganan orderan snack box dari beberapa kantor seperti BAPPENAS dan Bank Mandiri. Semua memiliki tantangan sendiri. Dan di tahun berikutnya Alhamdulillah kami bisa memiliki tempat produksi, mempunyai karyawan dan tim marketing.
Hantaman Bertubi-tubi
Di akhir tahun 2019, keluarga kami menghadapi cobaan baru. Dimulai dari suami yang berhenti bekerja, sampai akhirnya pandemi melanda yang membuat semua harga bahan baku melambung, dan terhentinya pesanan karena semua orang fokus ke kesehatan sehingga daya beli menurun drastis. Hingga akhirnya aku harus memotong 80% operasional, termasuk sewa tempat produksi dan karyawan. Menjadi single fighter kembali di dapur dan mengurus semua sendiri.
Bulan Maret tahun 2020 aku mengetahui diriku hamil, sesuatu yang bukan direncanakan. Di awal kehamilan terasa sulit karena mual yang luar biasa dan sempat mengalami pendarahan akibat memaksakan diri tetap menerima pesanan. Di hari itu ingat sekali aku dan suami ku naik motor hujan-hujanan keliling di sekitar rumah mencari bidan yang buka untuk memeriksakan kondisi kandungan ku. Sembari dalam hati marah kepada diri sendiri dan berjanji akan melakukan apa pun demi calon bayi.
Akhirnya kami memutuskan ke dokter kandungan. Suatu kemewahan karena kondisi keuangan sedang drop. Hingga akhirnya seluruh tabungan kami habis untuk berobat setiap bulannya. Selang 2 bulan di tahun yang sama Ayah ku sakit gagal ginjal sehingga beliau pindah untuk tinggal bersama kami. Sehingga aku pun semakin terseok-seok dalam keadaan hamil yang tidak mudah harus mengurus Ayah yang sakit, anak, rumah dan dalam keterbatasan itu tetap menjalani usaha Gyoza kami.
Dalam keadaan hamil besar aku tetap menerima pesanan dari customer-customer loyal kami. Karena itulah yang menjadi pemasukan di masa sulit. Sangat bersyukur karena tetap ada order masuk sehingga kami bisa bertahan memenuhi kebutuhan dan biaya berobat Ayah kami. Di titik ini aku pasrah, belum bisa scale up usaha kami dan menjalani mode survive. Semua mimpi kami untuk membesarkan usaha ini tidaklah pupus. Hanya yakin Allah belum memberikan waktu yang tepat.
Hingga akhirnya di awal tahun 2021 kami memutuskan Rebrand menjadi nama ALA Gyoza. Melakukan kembali branding dengan langkah pertama membuat logo secara profesional yang akan menjadi identitas kami. Rupanya inilah kehendak Allah, di pertengahan tahun tiba-tiba kami mendapat kesempatan membuka kedai Gyoza offline! MasyaAllah.. Akhirnya salah satu mimpi ini ku terwujud di akhir tahun 2021.
Kami pun membenahi semua lini. Mempersiapkan kedai, dapur dan akhirnya bisa running. Satu setengah bulan pertama grafik naik, aku pun mengembangkan produk tambahan seperti ramen, udon, ricebowl dan beberapa snack khas negri Jepang lainnya. Semua menu aku research sendiri, mulai dari penggunaan bahan baku khas Jepang sampai mencari bahan yang tetap halal untuk dikonsumsi siapa pun. Alhamdulillah respon positif banyak kami terima mengenai produk Gyoza kami yang menjadi favorit banyak pengunjung kedai.
Namun lagi-lagi manusia hanya bisa berencana tapi Allah yang menentukan. Omicron melanda, PPKM dinaikkan levelnya, pengunjung kedai menurun drastis yang jelas mempengaruhi pemasukan. Alhamdulillah Allah masih memberikan jalan kami survive melalui jualan online. Walaupun kembali menggunakan mode survive, kami bisa melewati 3 bulan ini dengan lebih siap dengan berbagai backup planning.
Saat ini memasuki bulan ke 5 kehadiran kedai offline kami, 4 setengah tahun menjalani bisnis Gyoza. Tujuanku mengikuti #Sistpreneur ini karena ingin naik kelas dengan mewujudkan mimpi-mimpi ku. Salah satunya adalah mempunyai tempat produksi yang akan menjadi central kitchen dalam memproduksi Gyoza dan menu lainnya. Membuat kreasi menu Gyoza baru, serta memperbaiki packaging terutama untuk frozen Gyoza yang menjadi best seller kami. Selain itu besar sekali harapan kami bisa berkonsultasi secara profesional kepada konsultan bisnis FnB mengenai bisnis yang kami jalani saat ini sehingga rencana scale up kami bisa lebih terarah dan terukur.
kebutuhan modal kami antara lain:
- Sewa tempat produksi sekaligus kantor Rp. 40.000.000
- Peralatan produksi Rp. 20.000.000
- Sertifikasi Rp. 10.000.000
- Konsultasi profesional Rp. 15.000.000
- Branding Rp. 5.000.000
- Operasional Rp. 5.000.000
Total Rp. 95.000.000
Aku optimis sekali dengan produk ku dan ingin mendistribusikannya ke berbagai daerah diluar Jabodetabek. Dengan hadiah modal ini kami ingin melebarkan sayap dengan membuka outlet baru di seluruh Indonesia bahkan luar negri, sehingga slogan "best Gyoza in town" menjadi kenyataan. Agar bisa mengenalkan jenis camilan ini ke lebih banyak orang lagi. Selain itu salah satu tujuan utama kami adalah membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang, terutama yang kemarin terdampak pandemi. Karena aku tahu betul rasanya harus berjuang di masa sulit.. Semoga inilah jalan agar usaha ku bisa naik kelas dan #JadiLebihBaik ..