Perkenalkan, namaku Shanty Na’imah. Aku adalah wanita karir yang juga merupakan pebisnis kuliner. Aku merupakan istri dan ibu dari 3 anak. Aku membangun bisnis kuliner bersama suamiku Romi Angger Hidayat.
Kami mendirikan resto bernama Ayam 1000 Rasa di tahun 2019 yang berlokasi di Cilacap, kota tempat kami tinggal. Resto ini mengusung menu utama olahan ayam baik ayam broiler maupun ayam kampung dengan menu pendamping berupa bebek, dan jeroan sapi. Namun, yang perlu diketahui bahwa, ciri khas kami bukan pada ayamnya, melainkan sambal yang kami sajikan. Kami menghadirkan berbagai macam sambal khas dari berbagai penjuru nusantara sebagai tujuan untuk memperkenalkan kekayaan rasa yang dimiliki Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kami membranding Ayam 1000 Rasa dengan slogan “Ayamnya boleh sama, sambalnya yang bikin beda. Sensasional!.”
Pada awal dibukanya Ayam 1000 Rasa, peminat cukup membludak. Omset yang kami hasilkan pun cukup besar yaitu 6 juta per hari saat hari biasa dan 10 juta per hari saat akhir pekan. Kami merekrut 16 karyawan untuk dapat melayani konsumen dengan maksimal. Strategi yang kami lakukan berupa promo launching dan promo - promo pada momen tertentu untuk menjaring data base konsumen kami.
Tidak ada yang pernah menyangka pandemi akan menyerang dunia. Tiga bulan setelah resto kami buka, kami harus dihadapkan pada kenyataan pahit akibat dampak dari regulasi kesehatan yaitu pembatasan aktivitas sosial. Bisnis kuliner yang baru seumur jagung kami, harus mengalami goncangan besar. Omset harian kami turun sangat drastis. Untuk bertahan, kami melakukan pivot dengan membuat inovasi ayam siap saji dalam kemasan yang sudah dilengkapi dengan izin BPOM serta sambal dalam botol yang berijin PIRT yang dijual melalui online instagram, grup whatsapp dan e-commerce. Penjualan kami saat itu belum bisa menghasilkan keuntungan. Hanya bisa untuk menutup operasional bahkan minus.
Teringat dengan kata pakar branding-Arto Biantoro bahwa “Musuh terbesar dalam membangun brand adalah berfikir instan” memacu kami untuk berpikir kreatif dan demi mengembangkan brand Ayam 1000 Rasa kami berhasil mengurus ijin Halal Resto melalui Halal MUI dan Departemen Agama dengan proses selama hampir 6 bulan. Dalam perjalanan bisnis dimasa pandemi, kami terpaksa harus merumahkan karyawan hingga tersisa hanya 4 orang. Meskipun sudah melakukan pivot, hal tersebut belum bisa menaikkan omset kami di tahun kedua pandemi. Omset kami masih di angka 400 rb per hari saat hari biasa dan 700 rb s.d. 1 juta per hari saat weekend. Untuk menyelamatkan Ayam 1000 Rasa, total minus yang kami tanggung adalah sekitar 92 juta rupiah. Nilai kerugian yang sangat besar bagi kami. Namun hal tersebut tidak menyurutkan kami untuk berjuang mempertahankan Ayam 1000 Rasa.
Tiga bulan sebelum ulang tahun Ayam 1000 Rasa pada 19 Desember tahun 2021, Saya dan suami berdiskusi untuk memikirkan strategi baru. Kami pun melakukan forum grup diskusi dengan tim dan pelanggan kami. Akhirnya kami mendapatkan data berupa kategori market kami yang loyal selama ini bukan di kisaran umur 16-30 tahun melainkan di kisaran umur 20-45 tahun dimana usia tersebut adalah usia produktif dan sudah berumah tangga dengan anak yang cukup besar. Mereka cenderung menginginkan makan nikmat dan banyak. Sehingga positioning branding kami ubah ke keluarga. Strategi tersebut cukup menantang dan bersifat spekulasi.
Untuk memberikan sensasi makan nikmat, maka kami mengubah bahan baku utama dari ayam broiler menjadi ayam kampung. Sambal-sambal yang penjualannya sedikit, tidak lagi kami sajikan dalam menu. Sementara itu, kami pertahankan sambal yang paling dinikmati. Kami melakukan inovasi dengan membuat sambal varian baru yang lebih otentik buatan Ayam 1000 Rasa yaitu sambal gami khas. Sambal ini cocok untuk menu ayam, dan menu pendamping bebek, iga, jeroan sapi dan seafood, karena keluarga akan membeli dan menikmati lauk dalam jumlah yang bervariatif.
Dari segi strategi marketing, kami tidak lagi banyak memberikan promo diskon di setiap momen penting, namun sekarang kami mengubah treatment spesial terhadap pelanggan dengan memberikan gift yang bersifat kejutan yang mendatangkan delight atau diluar ekspetasi pelanggan.
Perubahan-perubahan strategi yang kami terapkan membawa konsekuensi untuk melakukan rebranding Brand Ayam 1000 Rasa di tahun kedua. Karena market kategori sudah berubah menjadi keluarga, maka kami pun mengubah slogan menjadi “Kehangatan di setiap rasa”.
Alhamdulilah, di ulang tahun kedua brand Ayam 1000 rasa berhasil mendapatkan sertifikat merk yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Menjadikan kami lebih bersemangat dan berinovasi menjalankan strategi rebranding untuk menjawab tantangan. Perlahan kondisi resto kami pun makin membaik. Kami dapat menghasilkan omset 5 juta per hari hingga 9 juta di weekend. Karyawan pun kembali bertambah menjadi 13 orang. Dari perjalanan Ayam 1000 Rasa mengarungi tantangan pandemi, kami dapat belajar banyak hal antara lain:
- Suatu brand itu ketika diawal diciptakan belum tentu sesuai target market, dengan kata lain Product fit harus berjodoh dengan Market fit.
- Suatu brand harus adaptif dengan kondisi terkini dengan melakukan inovasi, tanpa menghilangkan jati dirinya yang sesungguhnya.
- Suatu brand harus bisa menjawab permasalahan dan menjadi solusi di suatu market kategori.
- Suatu brand harus legal baik perijinan usaha dan memiliki sertifikat merk diawal berdiri untuk membuat pemilik usaha lebih serius konsisten memperjuangkan usahanya.
Semua hal-hal baik tak akan kami dapatkan tanpa ridho Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan menghadirkan orang-orang baik. Dari resto saya ini ada banyak pihak yang terbantu perekonomiannya. Mereka antara lain karyawan yang mayoritas adalah perempuan sehingga dapat memberdayakan mereka dengan membekali soft skill dunia kerja. Selain itu ada driver aplikasi transportasi online yang melayani kebutuhan pelanggan online kami. Begitu juga dengan para penjual bahan-bahan baku yang kami butuhkan. Harapan kami dengan mengikuti #Sispreuneur, kami mampu mengembangkan bisnis kami lebih luas sehingga makin banyak lagi orang-orang yang terbantu dari segi perekonomian.