Hai Sisters.....
Nama saya Meilia. Saya seorang istri, ibu dari dua orang anak, yang Laki-laki tahun ini insya Allah akan menjadi sarjana, dan anak perempuan saya baru saja lulus SMA, saya mengajar bahasa Inggris juga, dan saya mempunyai usaha di bidang fesyen. Oh ya, saya juga sedang menuntut ilmu, mengambil master lagi di bidang pendidikan bahas Inggris. Latar belakang saya adalah sarjana arsitektur, dan sempat bekerja di bidang itu hanya beberapa bulan, karena saya lebih tertarik dalam dunia mengajar. Lho apa hubungannya dengan usaha fesyen? Saya mau cerita sedikit ya tentang perjalan usaha saya, dari awal, cara memasarkan, bagaimana bertahan di era pandemi, hingga bisa tetap berdiri hingga sekarang.
Nah, saya mulai dengan hubungannya sama kegiatan mengajar. Usaha saya dibidang fesyen itu sangat erat kaitannya sama mengajar. Jadi berawal dari hobi menyulam saya. Awalnya dengan hanya bermodal kurang dari 1 juta rupiah, saya menyulam hanya untuk baju yang saya pakai, tapi belum sempat dipakai sudah dibeli teman saya. saya buat lagi yang kedua, kembali dibeli oleh teman yang lain, dan malah mendapat pesanan cukup banyak. Jadi mulailah saya merekrut ibu-ibu yang tinggal di belakang kompleks saya dan mengajari mereka menyulam, sehingga saya dapat memenuhi pesanan. Teknis pengerjaannya adalah saya yang mendesain motif sulaman, menyiapkan benang, pita, serta payetnya lalu mereka tinggal mengambil dari rumah saya untuk mereka kerjakan di rumah masing-masing.Itu berawal sekitar delapan belas tahun yang lalu. Tahun 2004.
Senang sekali rasanya ketika karya kita kita diaperesiasi orang, apalagi dapat menghasilkan uang. Masih di tahun 2004, dengan motivasi itu, saya memberanikan menyewa toko kecil di ITC Depok. Belajar memulai bisnis yang lebih serius. pembelinya bukan hanya teman-teman saya, tapi juga orang-orang baru yang berbelanja di toko saya. Bagi saya menyewa toko cukup penting untuk membamgun kepercayaan pelanggan saya. Toko bisa menjadi meeting point dengan customer yang ingin membeli dengan jumlah besar atau memesan dalam jumlah banyak. Dengan demikian mereka bisa lebih mudah 'mencari' saya. Lalu tahun 2009, saya mendapat tawaran untuk membuka toko yang lebih besar dan lebih dekat dari tempat tinggal saya, yaitu di Cinere. Tokopun berpindah ke Cinere Mall.
Untuk strategi pemasaran, saya tidak hanya mengandalkan toko. Saya mengikuti pameran-pameran mingguan seperti di CIlandak Town Square dan beberapa mal lainnya. Dengan demikian jangkauan pembeli bisa menjadi lebih luas. Salah satu pameran yang cukup membantu memperluas jangkauan pemasaran adalah Inacraft yang saya mulai ikuti dari tahun 2008 sampai 2019, sebelum adanya pandemic, yang cukup memaksa kita untuk memasarkan produk kita secara online. Tapi mungkin pada kesempatan ini saya bisa berbagi sedikit pengalaman memasarkan dari pameran ke pameran.
Mungkin pada masa-masa itu berbeda dengan saat ini, dimana sekarang kita harus terbiasa dengan digital marketing, saat itu kita lebih sering mengikuti pameran-pameran yang ada di mall-mall, khususnya di Jabodetabek. Saat itu saya bisa bergabung dengan lebih dari lima pameran dalam satu kurun waktu. Repot dong? Ya pasti ada kerepotannya. Tapi, yang paling penting adalah kita harus punya tim yang kuat. Tim produksi, yaitu saya dan para penjahit dan penyulam saya, lalu ada tim loading pameran yang terdiri dari sopir dan satu orang asisten untuk mengangkut barang, dan tim berikutnya ada tim penjualan yaitu sales promotion girl dan terakhir saya unya tim admin guna pengecekan kelengkapan pameran serta kontrol stok barang. Dengan tim ini saya bisa memperluas daerah pemasaran saya. Jadi memang semua tidak bisa kita lakukan sendiri jika kita ingin melebarkan jangkauan kita. Saya rasa hal ini masih dapat diterapkan pada masa sekarang, di era digital ini. Kita tetap harus tetap membentuk tim yang solid.
Memasarkan produk, tidak lepas dari memenuhi permintaan pasar. Tak bisa dipungkiri sulaman atau hand embroidery mengalami pasang surut, sempat mengalami kejenuhan. Lalu bagaimana mengatasinya? Tentu saja kita harus mengikuti perkembangan trend, tanpa melepas ciri khas. Misalnya sulaman yang tadinya menjadi titik pusat perhatian pada busana, sekarang bergeser hanya sebagai pemanis, material yang tadinya dari pita, kita ganti dengan menggunakan perca batik, dan banyak lagi desain yang kami sesuaikan dengan trend yang ada yang juga sesuai dengan target pemasaran kami.
Lalu tibalah pandemi. saat itu kami tengah mempersiapkan untuk ajang Inacraft 2020. Namun apa daya, semua kegiatan ditunda. stop. semua pameran terhenti. Rasa bingung tak bisa dielakkan. Lalu bagaimana ini? Saya harus memutar otak. Satu-satunya cara memasarkan yang paling memungkinkan saat itu adalah dengan digital marketing, online. Wah, saya ini produk lawas, gaptek! Ya sudah, saya harus belajar lagi. beberapa pelatihan saya ikuti. Ilmu baru saya pelajari. tanpa malu-malu saya bertanya kepada anak-anak saya yang generasi milenial, bahkan anak perempuan saya, saya ajak berkolaborasi di salah satu toko online saya. Mungkin tidak dahsyat hasilnya, tapi saya bisa bertahan. Dari produk baju, kita mengikuti permintaan pasar dengan membuat masker. Desain baju yang tadinya untuk acara Formil dan semi formil, berubah menjadi baju santai rumahan. Memosting produk di Instagram @sulamaleeya terus kami lakukan. Tapi perlu diakui, saya tidak bisa mengelak dari pengurangan pegawai. Sedih rasanya. Tapi itu menjadi salah satu langkah yang berat yang harus diambil untuk mempertahankan usaha saya.
Apakah saya jadi berhenti 100% dari memasarkan dipameran? Tidak! Malah Instagram saya sempat kurang aktif pada saat pandemi mulai mereda, karena begitu pandemi mulai mereda saya kembali merintis berjualan di Mall-mall sekitar tempat tinggal kami. Kenapa? bukankah ini era digital? Betul, tapi kami juga menyadari bahwa target pasar kami masih banyak yang tidak berbelanja secara online. Dan saat itu sewa Stand menjadi jauh lebih murah sehingga kami bisa kembali membangun hubungan dengan pelanggan kami.
Ternyata usaha kami tidak sia-sia. Pandemi mulai berakhir, dan Alhamdulillaah lebaran yang baru saja berlalu membuahkan hasil yang meuaskan di beberapa booth kami, diantaranya di Cinere Mall dan Blok M Plaza. bahkan kami juga bergabung di salah satu event besar saat Ramadhan kemarin, yaitu Jakcloth. Jadi usaha yang terus menerus tanpa putus, serta keinginan untuk terus menimba ilmu memang menjadi kunci kita dapat bertahan dan bahkan berkembang di saat yang sulit, dan tentunya jangan lupa berdoa. satu hal lagi, Salah satu tujuan saya bergabung dengan sisternet #sispreneur dan kompetisi ini karena saya tidak ingin berhenti berusaha dan menimba ilmu. karena usaha dan ilmu tidak ada yang pernah sia-sia.
Mungkin ini sekilas pengalaman saya yang bisa saya bagi di artikel ini. Jangan lupa ya mengunjungi Instagram kami @sulamaleeya