Hi Sister! Siapa bilang perempuan tidak bisa berkarya sambil mendapatkan pendapatan aktif maupun pasif? Kenalkan namaku Fatiyah. Saya seorang perempuan, seorang anak, seorang istri, seorang ibu dari 2 anak. Saya menjalankan peranku sebagai seorang anak dari orang tua yang hebat, seorang istri dari suami yang hebat, seorang ibu dari 2 anak yang insyaallah sholih dan sholihah, dan aku juga menjalankan peran saya sebagai seorang perempuan yang berkarya. Saya adalah seorang Direktur dari sebuah perusahaan PMA Jepang di Mojokerto, saya juga pendiri Lembaga Pendidikan Bahasa Asing non formal Tsubomi House Training & Language Center, dan juga pemilik dari toko kosmetik Alisha Cosme di Surabaya. Hari ini saya akan berbagi cerita tentang karya saya di bidang Pendidikan Bahasa Jepang yaitu Tsubomi House Training & Language Center (Tsubomi House TLC).
Tsubomi House TLC ini berdiri pada tahun 2019 dinaungi oleh CV Combat Jaya Bersama. Bertempat di ruko mungil di area Surabaya Timur, Tsubomi House TLC memberanikan diri untuk mulai berkembang. Tsubomi House yang berarti “Rumah Tunas” ini membawa misi untuk mencerdaskan masyarakat di bidang keahlian Bahasa dan membawa visi menjadi rumah bagi para pembelajar Bahasa yang ingin tumbuh dan berkembang. Belum genap 1 tahun Tsubomi berdiri, Pandemi COVID merebak. Namun, Tsubomi berusaha untuk tetap kokoh mengepakkan sayapnya. Tsubomi tak ingin kehilangan momen untuk ikut mencerdaskan generasi muda Indonesia dengan Bahasa-bahasa asing yang wajib dikuasai oleh para generasi muda.
Banyak masyarakat Indonesia yang masih mengedepankan jalur formal untuk menilai kesuksesan seseorang. Di Jepang atau mungkin di negara maju lainnya, sering ditemui seorang yang hanya lulusan SMP mampu menjadi jaksa, polisi atau teknisi unggul di sebuah perusahaan. Dalam sistem Jepang, Pendidikan formal yang wajib ditempuh adalah SD hingga SMP. Apabila seseorang tidak meneruskan ke jenjang berikutnya, mereka masih memiliki kesempatan berkarir dengan melengkapi skill mereka. Mendapatkan beberapa sertiffikat keahlian yang dikeluarkan oleh Lembaga-lembaga negara. Misalnya, ada yang lulusan SMP namun dia belajar mengenai hukum dan mendapatkan sertifikat keahlian di bidang hukum, dan bisa bekerja sebagai jaksa.
Indonesia memang berbeda dengan Jepang, jalur akademik masih menjadi prioritas utama. Namun semakin ke depan, Indonesia membutuhkan SDM yang selain ahli di bidangnya juga harus bilingual. Saya merasa tantangan ke depan untuk anak-anak Indonesia akan semakin sulit dan sangat kompetitif. Ke depan akan sangat diperlukan seorang akuntan yang mampu mempresentasikan laporan keuangannya dengan Bahasa Inggris atau Jepang atau bahkan Mandarin. Mahasiswapun saat ini dituntut untuk bisa menembus jurnal internasional. Mereka wajib mencari referensi berbahasa Inggris dan referensi dalam Bahasa asing lainnya. Dengan fenomena saat ini yang menjadikan Bahasa asing menjadi keahlian wajib, saya ingin membawa Tsubomi House menjadi partner masyarakat Indonesia dalam belajar Bahasa asing untuk melengkapi keahlian profesionalnya.
Harapan saya dengan mengikuti kompetisi ini, saya dapat memperkenalkan Lembaga kursus Tsubomi House ini secara luas. Dari ruko kecil di Surabaya timur, saya ingin memperluas jangkauan Tsubomi ke masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Dengan ilmu yang didapatkan dari Program Inkubasi Bisnis W20 Sispreneur dari Sisternet ini, saya berharap bisa mengembangkan usaha ini menjadi lebih besar dan lebih bermanfaat lagi ke depannya. Apabila saya mendapatkan hadiah dari Sisternet, Tsubomi ingin membuat aplikasi belajar bahasa gratis yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia dimanapun mereka berada. Kalaupun saya belum berhasil mendapatkan hadiah, kami tetap membuat aplikasi tersebut sebagai rencana jangka panjang Tsubomi.
#sispreneur #beraninaikkelas