Hai Sisters! Hari ini kita akan berbicara mengenai kesetaraan gender, yang hingga kini masih menjadi isu yang layak diperbincangkan. Topik ini bukan hanya muncul di lingkup global, namun juga masih sering ditemui di lingkungan yang lebih sempit seperti tempat kerja.
Seperti yang dilansir dari Glints.com, bahwa ada data dari Workplace Gender Equality Agency di Australia yang menemukan bahwa pendapatan per jam pekerja wanita di posisi non-managerial 11,1% lebih rendah dibandingkan pria di posisi yang sama.
Indonesia sendiri sudah mengalami peningkatan dalam upaya kesetaraan wanita dan pria di tempat kerja. Menurut riset Grant Thornton di tahun 2017 yang dilansir dari Jawa Pos, ada kenaikan jumlah perempuan yang menempati posisi senior di perusahaan sebesar 2%, dari 24% di tahun 2016 menjadi 28% di tahun 2018.
Siapa lagi yang bisa bertanggung jawab untuk membangun kesetaraan gender di tempat kerja jika bukan perusahaan dan karyawan yang berperan aktif di dalamnya. Kabar gembiranya, HR yang memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan bisa mulai membangun kesetaraan gender di lingkungan kerja. Begini caranya, simak yuk Sisters!
Berikan Pilihan untuk Karyawan Wanita
Sisters, di dalam rumah tangga dan perannya sebagai orang tua, wanita biasa mengambil porsi terbanyak dibandingkan pria. Karena itu, ada baiknya apabila perusahaan bisa memahami hal ini dengan memberikan kelonggaran pilihan untuk mengurus anak hingga jam kerja. Priya Nalkur, Executive & Leadership Coach The Boda Group, menambahkan 2 hal lagi yang dinilai bisa meningkatkan kesetaraan gender di kantor, yaitu kesetaraan gaji dan program pelatihan untuk para pemimpin perempuan.
Berikan Fleksibilitas dan Kebebasan
Sisters, kamu sudah tahu mengenai data rendahnya gaji perempuan dibandingkan pria di tempat kerja? Profesor dari Harvard, Claudia Goldman menemukan salah satu alasan wanita mendapatkan gaji yang lebih rendah, yaitu karena mereka lebih memilih fleksibilitas dibanding gaji tinggi. Inilah alasan mengapa wanita rela menolak pekerjaan dengan gaji tinggi yang diikuti dengan jam kerja lebih lama.
Adanya fleksibilitas yang diterapkan di perusahaan tentunya tidak hanya menguntungkan bagi karyawan wanita, tetapi juga bagi pria. Buat kebijakan jam kerja yang lebih fleksibel. Misalnya, tentukan batas waktu jam masuk dan pulang kerja, kemudian berikan karyawan kebebasan untuk memilih sendiri jam masuk dan pulang mereka, asalkan sudah memenuhi 8 jam waktu kerja.
Contoh: A bisa datang jam 8 pagi ke kantor dan pulang jam 4 sore, sedangkan B bisa masuk jam 10 pagi dan pulang jam 6 sore. Jika memang memungkinkan bagi operasional perusahaan, kebijakan ini bisa jadi hal yang menguntungkan, lho!
Kesetaraan Gaji
Sisters, membangun kesetaraan gender di kantor bisa dimulai dari memberikan kesetaraan gaji antara pria dan wanita. Masalah satu ini seringkali menjadi masalah yang dibahas dan kerap muncul berulang kali. Berikan gaji dengan adil berdasarkan pengalaman kerja, bukan berdasarkan gender semata.
Terapkan Jadwal
Ya, memang, sih, kedengarannya kontradiktif dari cara pertama, namun cara ini justru bisa diterapkan untuk perusahaan yang tidak bisa menerapkan kebijakan fleksibilitas. Wanita, terutama yang sudah berkeluarga, akan perlu mengatur jadwalnya sebagai orang tua dan sebagai karyawan. Untuk mengakomodasi hal ini, perusahaan bisa memperjelas jadwal kerja agar wanita yang juga berperan sebagai orang tua juga bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai ibu.
Contoh singkatnya, pastikan A hanya bekerja setiap hari Senin-Jumat setiap minggunya, atau bekerja dari jam 7 pagi hingga 5 sore setiap hari.
Adakan Training Manajemen
Sisters, adanya kesuksesan membangun kesetaraan gender di kantor juga bisa ditentukan dari bagaimana pemimpin di perusahaan memperlakukan anggota timnya. Sudah biasa apabila seseorang dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi karena performanya yang bagus. Tapi kinerja yang baik tidak menjamin kemampuannya untuk memimpin orang lain dengan baik juga. Berikan training kepada para pemimpin atau manager seputar bagaimana mengatur dan memimpin tim yang baik.
Buat Keputusan Secara Adil
Adil dan sama rata merupakan dua hal yang berbeda. Manager seringkali merasa sudah memperlakukan mereka secara adil, meskipun nyatanya keputusan yang dibuat jauh dari kata adil. Misalnya, ketika A meminta izin untuk bekerja dari rumah karena ada hal penting lain yang harus diurus, jangan buru-buru menolak dengan alasan “semua orang hari ini tidak ada yang bekerja dari rumah”. Sebaiknya, pertimbangkan dulu setiap permintaan berdasarkan fakta dan situasi.
Sumber artikel: Glints.com