Hai Sisters,
Pandemi ibarat dua sisi mata uang yang membuat sebagian orang bisa tidur tenang dengan harta yang kian bergelimang. Contohnya saja Jeff Bezos pendiri Amazon yang kekayaannya bertambah +$90.1 billion (+79.8%) sejak pandemi (dilansir dari Usatoday). Babang Jeff sepertinya tidak pusing, besok mau makan apa. Sementara sebagian orang lainnya pusing memikirkan besok masih bisa makan atau tidak. Salah satunya adalah aku, Tian. Aku hanya seorang ibu rumah tangga yang suaminya terdampak pandemi.
Terhitung sejak April 2020 kami penuh waktu di rumah. Pemasukan dari mana? Kami hanya bergantung pada tabungan serta sisa gaji yang dibayar mundur entah kapan. Benar kata orang, dana darurat dan investasi itu penting agar bisa tetap menyambung hidup saat kondisi genting. Namun mengandalkan itu saja rasanya tidak cukup. Kami juga harus memutar otak agar bisa tetap mendapatkan pemasukan untuk keperluan sehari-hari. Walaupun aku sebenarnya punya pekerjaan sampingan sebagai blogger, tapi saat kondisi seperti ini, jumlah undangan meliput hanya bisa dihitung jari.
Sebenarnya aku punya usaha rumahan sejak tahun 2017, namanya Nakame Home Kitchen. Sesuai dengan tagline-nya "We cook what we want to eat", aku memasak apa yang ingin aku makan. Berawal dari rasa rindu akan kampung halaman di Sulawesi, namun belum bisa pulang dan menikmati langsung. Bahan-bahannya dipilih sebaik mungkin, tanpa kandungan MSG buatan apalagi bahan pengawet. Menunya adalah Pampis (ikan suwir dengan citarasa pedas yang autentik) khas Sulawesi Utara tempat aku lahir. Bermodal resep warisan dari ibuku yang coba aku duplikasi, ternyata usaha ini eksis hingga tahun 2018. Awalnya iseng-iseng saja memasak lalu upload ke media sosial. Ternyata ada teman yang pesan dan suka. Mereka juga secara sukarela mempromosikan di media sosial. Alhamdulillah di tahun 2018 aku cukup banyak menerima pesanan bahkan dalam skala besar untuk puluhan orang sekaligus.
Menginjak tahun 2019, usahaku sempat mati suri. Pertama karena kesibukanku sebagai blogger sekaligus mengurus sebuah komunitas perempuan yang fokus dalam pengembangan diri di ranah digital, Mom Influencer ID. Ternyata walaupun ibu adalah master of multi tasking, tetap saja aku harus mengatur skala prioritas. Tidak semuanya bisa aku urus secara bersamaan, karena aku belum punya tim solid dan partner bisnis yang sepadan. Aku merelakan Nakam Me untuk rehat sejenak, sambil merancang strategi baru.
Siapa sangka, pertengahan tahun 2020 aku kembali punya energi untuk membesarkan Nakam Me. Hadirnya pandemi adalah salah satu alasan terbesarku kembali menjalankan usaha ini. Ibarat anak yang kukandung sendiri, aku ingin Nakam Me berproses, dari yang tadinya iseng-iseng belaka semoga bisa menjadi peluang rezeki tidak hanya untuk aku tapi jupa ibu-ibu hebat lainnya. Apalagi kini ibuku sudah ikut menetap di Jakarta dan ikut terjun langsung membersamaiku membesarkan Nakam Me. Sekarang tidak hanya menu Pampis, aneka makanan bercitarasa Sulawesi pun sudah tersedia di dapur kami. Beberapa menunya antara lain: Es Pisang Ijo dan Ayam Woku. Menyusul di bulan depan akan ada Mie Titi dan Kapurung.
Selain dibantu ibu yang merupakan sumber inspirasiku dalam berbagai hal, aku dibantu oleh tanteku yang datang langsung dari Sulawesi untuk urusan pengembangan produk. Aku juga dibantu oleh suami di bagian desain dan kemasan. Awalnya, Nakam Me hanya dibungkus dengan wadah sekali pakai. Namun kami ingin usaha yang berkelanjutan serta tidak membuat bumi semakin sesak. Akhirnya kami beralih ke wadah yang bisa digunakan berulang kali, tentu ada penyesuaian harga tapi kami percaya konsumen akan paham dan nilainya sepadan.
Jujur saja, Nakam Me membawa perubahan positif dalam keluarga kami. Semuanya kini berkumpul dan sama-sama bekerja dari rumah. Walaupun tidak bekerja kantoran lagi dan undangan ngeblog pun jarang, alhamdulillah dari usaha ini kami mampu bertahan hidup kala pandemi. Sederhana saja, jauh dari kata mewah tak apa yang penting kami bahagia dan semoga sehat wal'afiat.
Harapanku mengikuti kompetisi #ModalPintar dari Sisternet, agar bisa menambah wawasan seputar wirausaha dan jika terpilih sebagai pemenang, modalnya akan aku gunakan untuk scale up usahaku. Antara lain, melengkapi dapur dengan alat-alat stainless steel, menambah tim bagian distribusi dan membuat open kitchen. Agar orang-orang bisa melihat langsung proses pembuatan menu kami yang lahir dari hati, diiringi doa seorang ibu. Kalau aku bisa, kamu pun pasti bisa. Semangat ya, Sisters!