Hai Sisters! Pada dasarnya, mengonsumsi makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk bisa bertahan hidup. Namun, bila keinginan untuk makan sudah melebihi batas wajar, maka kondisi tersebut patut untuk diwaspadai. Saat sedang stres, hormon kortisol di dalam tubuh menjadi meningkat yang membuat seseorang menjadi memiliki keinginan untuk makan lebih banyak dari biasanya. Dengan mengonsumsi makanan tertentu, orang tersebut bisa sejenak melupakan masalahnya, atau dengan kata lain makanan menjadi pelarian dari masalah yang dihadapinya. Ketika sudah sangat parah, kondisi tersebut ternyata bisa menjadi tanda dari gangguan kesehatan mental yang disebut dengan emotional eating, lho. Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan istilah emotional eating? Berikut penjelasannya!
Emotional eating adalah sebuah istilah dalam dunia kesehatan dan psikologi untuk menyebut sebuah kondisi yang dialami seseorang yang memiliki nafsu untuk makan berlebih dan menjadikan makanan sebagai pelarian untuk melupakan masalah yang sedang dihadapi. Secara tidak sadar, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik, seperti memicu obesitas dan berbagai gangguan kesehatan secara fisik. Memberi 'reward' pada diri sendiri dengan makan pizza atau burger setelah lelah bekerja masih merupakan hal yang wajar. Namun, kebiasaan ini menjadi patut diwaspadai keinginan untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak menjadi meningkat terutama saat sedang stres dan banyak pikiran, Sisters.
Sisters, kondisi Emotional eating yang dialami oleh seseorang bisa disebabkan karena berbagai faktor. Lalu, mengapa makanan yang menjadi "obat" dari stres yang dihadapi? Hal ini bisa berhubungan dengan hormon kortisol yang meningkat saat seseorang mengalami stres sehingga nafsu makan juga ikut meningkat. Dengan mengonsumsi makanan, orang yang mengalami emotional eating bisa mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan. Selain itu, hal lain yang bisa menjadi penyebab emotional eating adalah menghindar dari kehidupan sosial atau keinginan untuk menyendiri, tidak menemukan kegiatan lain yang dapat menjadi stress release, serta tidak mampu membedakan antara makan karena lapar dan makan karena emosi yang tidak stabil.
Beberapa tanda yang ditunjukkan oleh seseorang yang mengalami emotional eating di antaranya adalah menjadi lebih tenang dan bahagia ketika sudah mengonsumsi makanan yang diinginkan, merasa terbebas dari beban ketika sedang makan, memiliki kebiasaan sejak kecil mengonsumsi makanan ketika sedang merasa sedih, sering makan sendiri secara sembunyi-sembunyi, atau bisa juga memiliki teman dengan kebiasaan yang sama yakni mengonsumsi makanan untuk menghilangkan stres. Seseorang dengan kondisi emotional eating biasanya merasa bersalah setelah menyadari sudah mengonsumsi makan di luar batas wajar, tetapi di lain waktu tetap mengulang kebiasaan yang sama, Sisters.
Alasan yang menyebabkan seseorang mengalami kondisi emotional disorder bisa berbeda satu orang dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena latar belakang dan kebiasaan yang berbeda dari tiap-tiap orang. Bila sudah mengalami kondisi yang cukup parah hingga menyebabkan obesitas atau gangguan kesehatan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahlinya untuk bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Saat berkonsultasi, psikiater atau dokter akan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan alasan yang membuat orang tersebut mengalami emotional eating. Setelah mengetahui latar belakangnya, psikiater akan memberikan beberapa solusi dan langkah yang bisa diambil untuk bisa perlahan lepas dari kondisi emotional disorder.
Nah, sekarang kamu sudah tahu artinya, jangan sampai terjadi padamu, ya, Sisters!