Sisters, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak untuk belajar, berkembang, dan membangun persahabatan. Sayangnya, terkadang lingkungan sekolah justru menjadi sebuah tempat yang sangat menakutkan bagi anak yang menjadi korban penindasan. Fenomena penindasan atau kerap disebut bullying adalah salah satu masalah yang hingga saat ini belum bisa diberantas secara menyeluruh dalam lingkungan sekolah. Pasalnya, bullying bisa terjadi tanpa sepengetahuan tenaga pendidik atau pihak yang berwenang di sekolah. Pada banyak kasus, korban bullying tidak berani memberi tahu siapa pun tentang kondisi yang dialaminya karena diancam oleh si penindas atau bully. Akibatnya, pihak sekolah pun kesulitan untuk melacak tindakan tersebut.
Apabila pihak sekolah tidak bisa mendeteksi atau tidak mengambil tindakan terhadap kasus bullying, sudah tugas Andalah sebagai orangtua untuk melihat tanda-tanda dan sifat penindasan yang dialami atau bahkan dilakukan oleh anak. Pada dasarnya, ada 5 jenis bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. Kadang, seorang anak bisa menjadi korban beberapa jenis penindasan sekaligus. Karena ciri-ciri dan dampaknya pada anak berbeda-beda, simak rincian 5 jenis bullying berikut ini, yuk, Sisters!
Sisters, biasanya penindasan fisik adalah salah satu jenis bullying yang paling mudah dikenali. Yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar mulai dari menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga melempari dengan benda-benda.
Perhatikan apabila pada tubuh anak Anda sering muncul luka-luka tanpa alasan yang jelas. Biasanya anak yang menjadi korban enggan untuk mengakui bahwa dirinya ditindas secara fisik karena takut dianggap tukang mengadu atau karena diancam oleh penindasnya. Maka, anak mungkin akan menjawab bahwa luka tersebut didapat saat main basket atau jatuh dari tangga. Ciri lain yang harus kamu perhatikan adalah apabila buah hati bertubuh kecil untuk anak seusianya sementara teman-temannya bertubuh lebih besar darinya. Hal ini membuat anak Anda lebih rentan jadi sasaran. Hati-hati jika anak mulai mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau mual. Sebaiknya segera periksakan anak ke fasilitas kesehatan.
Jika kamu mengamati adanya ciri-ciri tersebut, bicarakan baik-baik dengan anak. Jangan memaksa atau mengancamnya untuk mengaku. Lebih baik tanyakan bagaimana hubungannya dengan teman-teman di sekolah, apakah ia merasa cocok dengan teman-teman di sekolah, atau apakah ia memiliki keinginan untuk pindah sekolah. Kemudian bicarakan masalah ini dengan pihak sekolah dengan menyertakan bukti-bukti penindasan yang dialami anakmu, Sisters.
Jenis bullying ini tidak lebih baik dari penindasan fisik. Penindasan verbal dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan. Karena dampaknya tidak terlihat secara langsung, penindasnya tak akan ragu untuk melontarkan ucapan-ucapan yang tidak pantas dan biasanya hal ini dilakukan ketika tidak ada saksi atau orang dewasa.
Penindasan ini biasanya ditujukan pada anak yang fisik, penampilan, sifat, atau latar belakang sosialnya berbeda dari anak-anak yang lain. Tak jarang jenis bullying ini dialami oleh anak yang gemuk, canggung, atau prestasinya di sekolah kurang tampak. Ciri-ciri korban penindasan verbal yang bisa diamati adalah perubahan sikap seperti jadi tidak minat makan, pendiam, tidak percaya diri, dan mudah tersinggung.
Sisters, jangan menasihati anak untuk mengabaikan pelaku penindasan verbal. Hal ini justru akan membuat anak percaya pada kata-kata pelaku. Sebaliknya, ajari anak Anda untuk membalas hinaan atau ejekan dari penindasnya dengan cara yang dewasa. Misalnya dengan mengatakan, “Jangan mengejekku seperti itu,” atau, “Daripada menghina orang lain, lebih baik cari kegiatan lain saja sana,” sambil menatap mata pelaku. Di rumah, yang bisa kamu lakukan adalah membentuk rasa percaya diri anak dan mengajari bahwa tak seorang pun layak diperlakukan dengan semena-mena.
Korban pengucilan mungkin tidak disakiti secara fisik maupun verbal, tetapi justru dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya, Sisters. Anak pun jadi terisolasi dan terpaksa menyendiri. Anak juga akan kesulitan mencari teman karena biasanya si penindas punya pengaruh yang cukup kuat untuk membujuk orang lain mengucilkan si korban.
Apabila anak sering menyendiri, mengerjakan tugas kelompok seorang diri, tidak pernah bermain bersama teman-teman di luar jam sekolah, atau tidak pernah membicarakan soal pertemanannya di sekolah, bisa jadi anakmu adalah korban jenis bullying ini. Korban pengucilan juga biasanya akan menutup diri dari orangtua dan keluarga.
Yang bisa kamu lakukan adalah menyempatkan diri setiap hari untuk mengobrol dan berkomunikasi dengan hangat bersama anak. Tanyakan soal hari-harinya dan perasaannya. Jangan meremehkan permintaan anak jika ia meminta untuk pindah sekolah. Kamu juga bisa fokus mengembangkan minat dan bakat anak misalnya dengan mendaftar les renang atau belajar alat musik supaya lingkup pergaulannya bertambah luas.
Sisters, jenis bullying di dunia maya (cyberbullying) adalah penindasan yang bisa dibilang cukup baru. Penindasan ini terjadi di dunia maya (Internet) misalnya melalui media sosial, aplikasi chatting, SMS, atau surat elektronik (e-mail). Karena sifatnya yang bebas, anak mungkin menerima penindasan dari orang yang tidak dikenalnya atau orang dengan nama pengguna (username) samaran. Bullying yang terjadi biasanya berupa hinaan atau sindiran. Bisa juga berupa gosip tentang anak yang disebarkan melalui media sosial.
Ciri-ciri anak yang menjadi korban cyberbullying adalah sering menghabiskan waktu di dunia maya tetapi tampak sedih atau tertekan setelahnya. Tanda lainnya adalah tidur larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali, menarik diri dari pergaulan, atau menjadi sangat protektif terhadap alat-alat elektronik yang dimilikinya seperti ponsel atau komputer.
Untuk menghadapi kasus cyberbullying, simpan semua file dan bukti penindasan. Karena biasanya sulit untuk melacak pelaku cyberbullying, mintalah bantuan dari pihak sekolah atau kepolisian untuk menindak kasus tersebut. Sementara untuk melindungi anak, batasi waktu yang dihabiskan anak di dunia maya. Selain itu, kamu juga harus belajar mengenai media sosial atau situs yang berpotensi jadi sarana penindasan. Cobalah untuk menggunakannya untuk menguji seberapa aman situs tersebut bagi anak. Kamu juga bisa menyetel pengaturan khusus pada gadget anak yang aman dan sesuai untuk usianya.
Jika anak sudah memasuki usia remaja awal, jenis bullying ini bisa terjadi, Sisters. Penindasnya akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual. Tak hanya itu, penindasan seksual juga mencakup menyebarkan foto korban yang bersifat sensual dan pribadi, mengambil foto korban diam-diam dengan tujuan memuaskan gairah seksual pelaku, atau memaksa korban menonton atau melihat hal-hal yang berbau pornografi. Dalam beberapa kasus, penindasan seksual termasuk dalam tindakan kriminal yaitu pelecehan atau kekerasan seksual di mana pelaku bisa ditindak secara hukum.
Kebanyakan korban penindasan seksual adalah anak perempuan, meskipun tak menutup kemungkinan anak laki-laki juga mengalami jenis bullying ini. Beberapa tanda yang bisa kamu amati adalah nilai mata pelajaran menurun, muncul ketakutan terhadap lawan jenis, mudah tersinggung, gaya berpakaian berubah, menarik diri dari pergaulan, atau mengalami depresi.
Kalau kamu curiga anak Anda mengalami penindasan seksual, ajak anak untuk bicara baik-baik tanpa maksud untuk mengkritisi atau menyalahkan anak (misalnya karena cara berpakaian atau sikap anak terhadap lawan jenis). Tekankan bahwa apa yang terjadi padanya bukan salahnya sama sekali, melainkan salah pelaku. Langkah selanjutnya adalah membicarakannya dengan pihak sekolah untuk menindak pelaku. Bila anak Anda melaporkan penindasan seksual yang cukup serius, periksakan anak ke fasilitas kesehatan dan adukan ke kepolisian.