Sisters, pernahkah kamu mendengar istilah yang disebut karoshi? Istilah dalam bahasa Jepang ini digunakan untuk menyebut mereka yang mati karena bekerja terlalu keras, atau overworked death.
Karoshi kembali ramai dibicarakan orang-orang setelah pada Desember 2015 lalu, Matsuri Takahashi memilih menghabisi nyawanya dengan melompat dari jendela kamar asrama perusahaannya. Ia melakukannya setelah hampir sebulan penuh bekerja lembur lebih dari 105 jam di luar jam kerja normalnya. Artinya, dalam satu hari Matsuri bekerja lebih dari 13 jam. Padahal di Jepang sendiri sudah ditetapkan bahwa seseorang tidak boleh lembur lebih dari 70 jam dalam sebulan.
Gadis berusia 24 tahun yang bekerja di perusahaan periklanan Dentsu di Tokyo ini sempat menuliskan keluhan lemburnya ini di akun Twitternya.
"Again, I have to go to work on Saturday and Sunday. I seriously want to die."
Karoshi yang terjadi pada Matsuri Takahashi ini dibawa ke pengadilan, karena Dentsu jelas sudah melanggar etika kerja yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan ternyata, ini bukan pertama kalinya Dentsu menghadapi kasus karoshi yang terjadi pada karyawannya. Pada tahun 2000 silam, perusahaan periklanan raksasa ini harus membayar sebesar 1,6 juta dolar Amerika atas kematian Ichiro Oshima yang bunuh diri pada 1991 karena bekerja terlalu keras.
Bagaimana dengan Indonesia? Pada 2013 silam, dunia advertising di Indonesia geger dengan kematian Mita Diran. Gadis muda berusia 27 tahun yang bekerja sebagai copywriter ini menemukan ajalnya setelah bekerja lebih dari 30 jam nonstop dan tidak langsung beristirahat setelahnya. Tidak hanya itu, namun Mita diketahui juga mengonsumsi minuman berenergi untuk memberi boost pada tubuh supaya bisa terus-terusan bekerja.
Wah, lembur demi menyelesaikan pekerjaan boleh saja untuk dilakukan, tetapi kamu juga harus memperhatikan sinyal-sinyal yang diberikan tubuhmu, Sisters. Pada akhirnya, pekerjaan seperti apa sih yang lebih penting daripada kesehatanmu, atau bahkan, nyawamu?
Foto: pixabay