Sisters, di dunia ini banyak banget perempuan super. Saya percaya ibu saya adalah perempuan super, seperti juga kebanyakan ibu di dunia ini. Nah, ini saya ingin mengenalkan satu perempuan super--yang bukan ibu saya, sih--tapi kisahnya menginspirasi banget!
Bayangkan, dia tidak hanya super bagi keluarganya, tapi juga bagi komunitas di sekitarnya! Yuk kenalan dengan perempuan super yang bernama Shantha.
Miskin itu seperti menjadi takdir hampir sepanjang hidup Shanta. Perempuan miskin dari desa terpencil di India Selatan. Lahir dan tumbuh dalam kemiskinan. Menikah pun tidak memperbaiki kehidupan, justru membuatnya makin terpuruk dalam kemiskinan. Shanta harus bersusah payah membesarkan kedua anaknya.
Saya kagum dengan sosok ibu tua ini. Shantha tidak menunjukkan keputusasaan. Sebaliknya, justru ia membuktikan di usianya yang makin senja, kalau ia berhasil menolong perempuan lain di desanya untuk keluar dari kemiskinan melalui kerja keras mereka sendiri.
Di India, apa lagi di pemukiman yang jauh dari kota besar, perempuan biasa mengalami diskriminasi dan kekerasan. Di lingkungan demikian, Shantha muncul sebagai anomali yang positif. Perempuan yang sekarang berusia 53 tahun ini tidak pernah mengenyam pendidikan formal atau pun memiliki pengalaman bekerja. Tapi ia berhasil mengangkat desanya dari kemiskinan. Caranya? Shantha memberdayakan dirinya sendiri dan juga perempuan-perempuan di sekitarnya.
Semua berawal ketika Shantha menjadi relawan tanpa bayaran di kantor pemerintahan setempat. Dari pengalamannya menjadi relawan ini, Shantha belajar tentang bekerja di kantor dan berkomunikasi dengan pegawai negeri dan pengusaha. Dunia Shantha yang semula hanya ibu rumah tangga pun melebar.
Ketika di kantor pemerintah ada ide untuk mengembangkan grup perempuan "bantu diri sendiri" (self-help group) dengan model bantuan mikro finansial, Shantha langsung antusias untuk terjun ke dalamnya.
"Hanya saya yang semangat tentang ini. Tapi saya tahu saya harus memulainya di desa saya."
Tapi tidak lantas langsung berhasil loh, Sisters. Nggak semudah itu keinginan Shantha untuk berkembang terwujud. Di daerah rural India, perempuan itu hanya berada di rumah dan mengurus keluarga. Padahal Shanta butuh 20 perempuan lain untuk menyumbangkan 10 rupee per orang supaya mereka bisa mengajukan proposal bisnis ke bank. FYI, 10 rupee itu sama dengan 2000 rupiah! Tapi bagi perempuan di desa Shanta, uang sejumlah itu bukan jumlah yang sedikit. Shanta menghabiskan dua tahun untuk membujuk mereka bergabung dengannya di kegiatan grup bantu diri sendiri ini. Nah, setelah berhasil mengumpulkan anggota grup,tugas Shantha belum selesai. Ia masih harus meyakinkan pihak bank yang skeptis dengan mereka.
Lagi-lagi, putus asa seperti tidak ada dalam kamus Shantha yang ingin berkembang dan lepas dari kungkungan kemiskinan. Pihak bank mengabulkan proposal Shanta untuk bisnis pertama mereka, yaitu beli sapi untuk menjual susunya. Terdengar sepele ya, tapi setelah berusaha beberapa puluh tahun, kerja keras dan keuletan Shanta berbuah manis juga. Ia berhasil menyekolahkan anaknya sampai lulus dari sekolah teknik dan sekarang sudah bekerja di perusahaan terkenal. Anggota dari grup bantu diri sendiri yang Shantha bentuk pun berhasil membantu anggota lainnya untuk bebas dari kemiskinan juga. Bahkan Shanta didaulat berhasil mengangkat sebuah desa dari kemiskinan.
Ah, keren deh! Shanta belajar, berbagi dan menginspirasi perempuan-perempuan di desanya, dan saya juga. Semangat pantang putus asanya bisa banget ditiru, Sisters. Menurutku semangat Shanta ini sama dengan semangat Share, Care, Inspire-nya Sisternet!
Eh, kalau perempuan super seperti Shanta di Indonesia, siapa ya?
Sumber gambar: www.bbc.com / Jui Chakravorty